Sabtu, 31 Mei 2008

Yesus Belum Aku Kenal

Tuhan adalah penyelamat tetapi bukan asal tuhan, kepercayaan orang Kristen harus jelas siapa namanya dan kenapa dia bisa menyelamatkan. Orang Kristen mengakui dan percayai kepada Kristus maka akibatnya dosa diampuni dan keselamatan di anugerahkan.
Saya orang percaya dan sangat yakin kepada anugerah Kristus yang bisa mengampuni dosa saya dan menganugerahkan keselamatan yang kekal. Saya masih berpikir dan berhenti sejenak melakukan aktifitas, dasar kepercayaan saya memang karya Yesus dikayu salib (I Korintus 15 : 3 – 4). Tetapi banyak hal yang belum kukenal dari Yesus kristus. Kalau seperti itu mengapa aku percaya kepada yang tidak dikenal. Hati bertanya dan akal menjawab itulah hikmat yang Tuhan berikan kepada hamba yang sedang memikirkan sesuatu. Saya memang tidak mengenal Yesus 100% tetapi Yesus sangat mengenal saya.
Saya berpikir seandainya aku mengenal Yesus 100% maka aku tidak perlu sekolah di INTI ini sebab tanpa sekolah teologipun saya sudah lebih pintar dari setiap pemikir dimuka bumi ini. Aku sadar aku dan jujur berkata aku tidak mengenal Yesus 100% tetapi aku percaya walaupun pikiran untuk memikirkan pengenalan akan Yesus belum sepenuhnya, namun bukan itu yang Tuhan inginkan.
Yesus Kristus menginginkan percaya akan karya salib-Nya demi penghapusan dosa setiap umat manusia dan anugerah keselamatan. Taat atau patuh pada firman itulah yang Tuhan kehendaki.

Menang Tanpa Harapan

Selasa 04 Oktober 2005, tepat waktu dan sudah direncanakan untuk menggantikan posisi seksi rohani lama. Sebelum memasuki pemilihan ada banyak cerita masalah pengumuman; antara lain masalah keamanan, ketertiban pemakaian printer, jadwal makan dan lain sebagainya. Beginilah peraturan yang berlaku di Institut Teologi Indonesia (INTI).
Sekarang pemilihan… semuanya diam dan tenang. Saat pemilihan semua semester III wajib ikut mencalonkan diri untuk menjadi seksi rohani. Namun hanya sebagain yang dipilih hal ini sudah barang tentu pasti. Saya yang tidak mencalonkan diri dan sama sekali tidak berharap untuk menjadi seksi rohani, eh… dipilih. Jantung berdebar, muka memerah, tingkah laku tidak stabil, hati bertanya kenapa saya yang dipilih, saya tidak sanggup dan tidak layak untuk menjabat jadi seksi rohani. Alasan tepat, saya ajukan, saya sudah punya jabatan yaitu ketua asrama. Sementara masih ada orang lain yang belum menjabat eh… saya yang dipilih.
Orang berdatangan menyalam saya mereka berkata selamat…namun saya tidak senang dan tidak setuju. Saya berpikir, kalau saya tidak punya pengharan kenapa dipilih. Sementara yang saya pelajari dari Alkitab orang yang punya harapan pada Kristus yang selamat. Hal ini berbeda dengan di INTI tanpa pengharapan bisa juga menang, bahan pertanyaan saya apakah tanpa pengharapan pada Kristus dipilih untuk selamat. Saya rasa tidak, tetapi beginilah fakta yang terjadi di INTI.

Filsafat Fenomenologi

I. LATAR BELAKANG

Pelopor filsafat fenomonologi yang pertama adalah Edmund Husserl (1859-1938). Filsafat ini sebenarnya sudah ada sebelum dia (I. Kant dan Hegel). Namun Edmund tertarik untuk membahasnya. Latar belakang fenomonologi ini adalah tentang pembahasan antara dunia yang nyata (noumenal) dan dunia yang tampak oleh individu (phenomenal atau gejala).
Sesuai dengan perkembangan pemikiran, maka pada abad ke 20 dijiwai dengan pandangan yang mengatakan bahwa cara yang paling baik untuk menemukan kebenaran di bidang filsafat adalah dengan cara yang sadar meninggalkan apa yang disumbangkan oleh para pemikir filsafat yang terdahulu di bidang tersebut.
Pandangan yang demikian menyebabkan pada umumnya dari abad ke 20 terdapat bermacam-macam aliran yang berdiri sendiri-sendiri dan terdapat diberbagai negara. Masing-masing aliran tersebut, berupaya menyebarkan pengaruh yang mendalam dalam masyarakat disekitarnya. Pada zaman parohan abad ke 20 ini umpamanya terdapat aliran Pragmatisme di Inggris dan Amerika, filsafat hidup di Perancis dan Jerman, Fenomonologi dan masih ada yang lainnya.
Tetapi pada pembahasan ini tidak akan membahas semua aliran yang ada. Yang akan di bahas pada berikutnya adalah filasat mengenai fenomonologi.
II. Isi
kata fenomenologi berasal dari kata Yunani “fenomenon” yaitu sesuatu yang tampak, yang terlihat karena bercahaya. Dalam bahasa Indonesia disebut “gejala”. Jadi fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena atau gejala segala sesuatu yang menampakkan diri.

Tokoh-tokoh dari paham filsafat fenomenologi antara lain :
1. Edmund Husserl
Menurut Husserl, hukum-hukum logika yang memberikan kepastian, yang berlaku, tidak mungkin bersifat a posteriori, sebagai hasil pengamatan a priori.
Dalam bentuknya yang paling dasar, metode fenomenologis adalah upaya untuk kembali kepada pendekatan sebelum timbulnya teori tentang kesadaran pokok dalam diri seseorang. Metode mencoba untuk memberikan deskripsi yang murni “netral” tentang kesadaran seseorang mengenai dunia, sebelum ia sempat berpikir tentang hal tersebut dengan berbagai pertimbangan. Dalam hal ini metode fenomenologis menyatakan diri sebagai metode tanpa praduga, di mana fakta-fakta nyata dari pengalaman utama seseorang sudah cukup jelas.
Dalam metode ini terdapat tiga pendekatan sebagai landasan yang benar-benar pasti bagi pengetahuan :
 Reduksi fenomenologis adalah upaya untuk menghindari praduga-praduga dengan menangguhkan segala pertanyaan tentang eksistensi.
 Reduksi eidetis ialah mereduksi persepsi seseorang terhadap dunia menjadi bentuk pengertian yang intuitif, seseorang dapat meringkas keseluruhan aktifitas mental menjadi sebuah ide.
 Reduksi transendental, atau pengakuan bahwa yang dibuat oleh manusia menunjukkan pada si pembuat arti. Artinya semua pernyataan menunjukkan pada si pembuat pernyataan “ada saya” dibalik setiap “saya berpikir”.
2. Max Scheler
Sesuai dengan pendapat Husserl diatas, Scheler juga mengalami perkembangan. Di mana ia adalah seorang yang realis,, yang memusatkan perhatiannya kepada kenyataan dan hidup yang kongkrit yaitu ditinjau dari sudut nilai, pribadi, manusia dan kasih.
 Nilai adalah hal yang dituju oleh perasaan, yang mewujudkan a priori emosi. Mengalami nilai tidak sama dengan mengalami secara umum, dalam mendengar, melihat, mencium dan lain-lainnya. Akal tidak dapat melihat nilai, sebab nilai tampil jikalau ada rasa yang diarahkan kepada sesuatu atau dapat di katakan nilai bukan sesuatu yang formal.
 Pribadi, tidak sama dengan mahluk yang berjiwa tetapi pribadi adalah hal-hal yang mencakup kepenuhan segala indera, kedewasaan dan kecakapan untuk memilih (pribadi hanya berada di dalam pelaksanaan perbuatan-perbuatan).
 Manusia, menurut Scheler manusia sebagai mahluk yang hidup bukan hanya timbul dari binatang, tetapi ia adalah binatang, dahulu sampai selama-lamanya. Namun manusia adalah binatang yang berpikir yang tidak dapat menyerah kepada alam.
 Kasih, menurut Scheler kasih tidak sama dengan turut merasakan rasa orang lain, sebab kasih bukan perasaan, dan tidak perlu harus diarahkan kepada orang lain, tetapi juga dapat diarahkan kepada diri sendiri. jadi kasih sejati adalah kasih yang mengarah kepada suatu person (pribadi) bukan kepada nilai sebagai nilai.

INTERAKSI
Kelebihan

 Setiap individu di paksa berpikir apa yang ditemukan itu benar atau tidak benar. Sehingga setiap individu yang berpikir tersebut cenderung berhasil,dan hasilnya dapat disumbangkan kepada publik sebagai objek. Hal ini akan membantu setiap kesulitan masyarakat.
Contoh : Dalam pembuatan mesin sebagai pengganti tenaga manusia.

kekurangan
 segala sesuatu yang dipentingkan adalah yang fenomena yang nyata (rasio) dan yang tidak terlihat (diluar rasio) adalah belum dinyatakan suatu kebenaran. Maka hal ini sangat bertentangan dengan iman kekristenan, dimana rasio adalah hal yang utama dari pada iman.
 Manusia dikatakan adalah binatang yang berpikir dan selalu ingin menaklukkan alam.
 Pribadi dikatakan pribadi karena mempunyai kepenuhan segala indera.

Daftar pustaka
1. Snijers, Adelbert. Antropologi Filsafat Manusia, Paradoks dan Seruan, Yogyakarta : Kanisius 2004.
2. Hadiwijono, Harun. Sari sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta : Kanisius 1980.
3. Geisler & Paul D. Feinberg. Filsafat dari Perspektif Kristiani, Malang : Gandum Mas 2002.

Kedaulatan dan Karya Kristus

John R.W. Stott dalam karyanya ini memaparkan “BASIC CHRISTIANITY” kemudian dialih bahasakan dalam bahasa Indonesia “Kedaulatan dan Karya Kristus”. yang dipaparkan beliau adalah merupakan hubungan antara Allah dan manusia dipulihkan lewat karya Yesus Kristus secara radikal (holistik). Bagian besar buku ini memaparkan empat pokok bahasan yaitu : Pertama , Keilahian Yesus Kristus. Kedua, teologi manusia dan dosa. Ketiga, karya Kristus. Empat, tindakan manusia.
Pertama, Keilahian Yesus Kristus bukan diukur dari perbuatannya tetapi sudah sejak semula Allah yang mencipta, berfirman, dan bertindak, semuannya Yesus lakukan tidak hanya perkataan indah tetapi berita injil sebagai bukti bahwa Allah menjelma untuk membuktikan janji-Nya. Penjelmaan Allah membawa umat manusia mengenal Kristus. Dalam memperkenalkan diri-Nya rela membentangkan kesuciaan, kasih, dan kuasa-Nya.
Buktinya adalah bahwa Yesus Kristus sesungguhnya Anak Allah yang tunggal. pembuktiannya adalah pengakua-Nya, watak moral-Nya, dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Sifat dan ajaran Yesus telah membuktikan Keillahian-Nya. Selain mengatakan Akulah Roti kehidupan murid-Nya juga mengatakan “Engkau adalah Mesias” (Mrk 8 28-29) kemudian Yesus menjelaskan hubungan-Nya dengan Allah, yaitu “Aku berkata kepadamu, sebelum Abraham ada, Aku telah ada. (Yoh 8 : 52-58).
Kedua, teologi manusia dan dosa. Teologi manusia mencari Allah hanyalah berdasarkan moral yang tinggi. Tetapi dasar kekristenan adalah Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, dikuburkan dan bangkit pada hari yang ketiga I Kor 15 : 3 - 5) Adapun sepuluh hukum taurat namun bukan itu yang menjadi landasan keselamatan manusia dari dosa. tetapi hukum taurat adalah untuk menyatakan dosa, karena “oleh hukum taurat orang mengenal dosa” (Roma 3 : 20). Stott menjelaskan akibat dari dosa dapat merusak empat hakikat antara lain adalah secara teologis, sosiologis, psikkologis, dan kosmologis. itu sebabnya manusia butuh juru selamat dan menghapus dosa umat manusia yaitu Yesus Kristus sang kasih.
Ketiga, karya Kristus. Karena manusia berdosa, maka ia membutuhkan juru selamat. Untuk memenuhi tugas ini Yesus Kristus datang “Bapa mengutus anak-Nya menjadi juru selamat”. Dalam Kematian dan kebangkitan Kristus mendatangkan pendamaian dengan Allah, merdeka dari dosa, egois diganti dengan kasih. Selanjutnya yang menjadi pusat pendamaian adalah dikayu salib dan salib merupakan pusat karya penyelamatan Allah. Selanjutnya karya Kristus mendatangkan perubahan hati, sikap rendah hati sebagai wujud Roh Kudus tinggal didalam gereja-Nya. Dan pesan dari Kristus adalah menyalibkan ambisi atau kedagingan yang tidak Allah kehendaki.
Keempat, tindakan manusia. Setelah manusia menemukan kebenaran yaitu Yesus Kristus, maka pertimbangan akan berpihak pada penyerahan diri kepada Kristus tanpa syarat. Bukti pertobatan manusia akan menaklukkan rasio dibawah kebenaran, menyangkal diri, memikul salib. bukan hanya itu tetapi Yesus membawa manusia untuk bertanggung jawab dalam setiap aspek kehidupan. Maka manusia akan selalu mengakui bahwa keselamatan yang diberikan Allah adalah suatu Anugerah dan tindakan manusia adalah hidup berkomitmen dalam pengambilan keputusan. Oleh sebab itu sebagai orang Kristen harus kritis terhadap apa yang dialaminya dan diuji dengan pengetahuan dari Alkitab.

Interaksi
Memahami keilahian Kristus pembaca setuju dengan pendapat Stott dengan alasan, dalam pencarian keillahian Kristus bukan hanya mengetahui perbuatan yang dilakukan Kristus tetapi memang janji-Nya dalam Perjanjian Lama (Kej 15 : 3) hal ini sebenarnya Allah sudah membuktikan janji-Nya di dalam Injil. oleh sebab itu, Kristus jangan dianggap hanya teladan melulu, melainkan juga Dia adalah juru selamat yang agung. Sudah saatnyalah orang percaya memikirkan bahwa kedatangan Kristus kedunia melakukan pekerjaan yang “radikal” dalam arti tidak sedetikpun Kristus sia-siakan sewaktu tinggal didunia ini.
Yesus yang radikal, membuktikan bukan hanya menyelamatkan manusia tetapi juga memulihkan hubungan yang rusak baik secara Teologis, Sosiologis, Psikologis, dan kosmologis. Kristus lakukan untuk menandakan Dia adalah Allah yang melakukan pekerjaan yang sesungguhnya (holistik). Menanggapi pandangan non Kristen bahwa Dia hanyalah seorang pesulap dan penjiwai. Meminjam pendapat R.T. France untuk menjawab pandangan non Kristen tersebut salah satu ungkapan yang sering dipakai-Nya untuk mengawali ucapan-Nya adalah, “Aku berkata kepadamu” bukan Kitab Suci yang mengatakan atau rabi berkata namun “Aku berkata”. Selanjutnya Yesus bukan menunjukkan demonstrasi mujizat supaya dilihat orang, juga dalam mujizat-Nya tidak ada upacara-upacara, cukup dengan satu ungkapan “sembuhlah” mujizat dibuat karena berkuasa atas pengampunan dosa .
Dalam menanggapi teologi manusia mencari Allah tidaklah pernah sampai membuat orang tersebut menjadi beriman, karena iman bukan timbul dari perbuatan amal melainkan karena kasih karunia Allah oleh iman. Pengertian iman itu adalah keyakinan, kepercayaan, menganggap sesuatu adalah benar. Tentu saja, iman harus mempunyai isi; harus ada kepercayaan atau keyakinan tentang sesuatu. Mempunyai iman kepada Kristus untuk keselamatan berarti mempunyai keyakinan bahwa ia dapat menghilangkan dosa dan mengaruniakan hidup yang kekal2. kalaupun perbuatan manusia itu baik tetapi tidak akan pernah dapat membayarnya, alasan logikanya tidak pernah manusia tidak pernah melakukan kesalahan dalam kehidupan sehari-hari atau berkata kilaf sengaja ataupun tidak sengaja. Namun pengampunan dosa hanya bisa datang dari anugerah Allah saja. Seandainya amal bisa mengampuni dosa kedatangan Kristus adalah sia-sia belaka.

Apresiasi
Setelah membaca karya beliau ini, dengan jujur saya mendapatkan pengetahuan bahwa keilahian Kristus jangan dipandang sebelah mata. Sebab Kristus dalam penjelmaannya dibumi mempunyai pekerjaan yang sangat radikal dan tidak menyia-nyiakan waktu. Sekalipun Kristus dalam masa sebelum pelayanan, jadi semuanya Dia lakukan penuh arti dan tanggung jawab.
Menurut saya Karya John R.W.Stott merupakan sumbangsih bagi pelajar dan jemaat, penekanan terhadap isinya dapat membuka cakrawala setiap pembaca tentang bagaimana keilahian Kristus yang sebenarnya. Namun bagi saya karya Stott ini tidak tidak terlampau asing lagi sebab sudah sangat banyak buku pendukung yang menceritakan pribadi Kristus. Kekurangan isi buku ini adalah memainkan rasio dan kurang memberi hal pengalaman atau kesaksian orang yang percaya kepada Kristus dalam memperkenalkan keilahian Kristus, sebab kalau jujur ada hal yang tidak terselami dan terpikirkan dalam keilahian Kristus dan ada juga percaya kepada Kristus melalui pengalaman dan kesaksian. Selanjutanya lebih tepatnya supaya pembaca tidak hanya mengetahui sebaiknyalah memberi dorongan beriman, berilmu dan melayani. Ketiga hal ini yang menjadi pegangan setiap orang Kristen. Sebaliknya, keistimewaan buku ini adalah memberi alasan-alasan dalam berapologetika dan mengantisipasi timbulnya jebakan dari pertanyan orang non Kristen.
Kemudian untuk menjawab pertanyaan keilahian Kristus perlu adanya kejujuran, seandainya ada pertanyaan dari non Kristen yang tidak terjawab maka lebih baik dihentikan dan jujur terhadap ketidak tahuannya. Karena perlu untuk diketahui percaya kepada Kristus belum tentu mengetahui semua seluk beluk keilahian Kristus. Justru kejujuran ketidaktahuan dalam memahami kristus membuat suatu strategi, supaya orang tersebut dapat menjadi relasi dalam dialog dan akhirnya non Kristen tersebut memahami keilahian Kristus walaupun tidak percaya, tetapi injil sudah sampai pada pendengarannya.

BIMBINGAN PASTORAL BAGI IBU RUMAH TANGGA YANG MENCOBA BUNUH DIRI AKIBAT TEKANAN FINANSIAL


BAB I
PENDAHULUAN

Dalam bab ini, secara berturut-turut penulis akan memuat latar belakang masalah, pokok masalah, rumusan masalah, asumsi dasar, tujuan penelitian, defenisi istilah, pembatasan masalah, metode penelitian dan prosedur, kegunaan penelitian, sistematika penulisan.

Latar Belakang Masalah
Penulis teringat dengan tetangga dikampung halaman yang bunuh diri akibat krisis keuangan. Sebut saja namanya Marina, menghabisi nyawanya dengan minum racun serangga. Padahal ibu rumah tangga ini seorang yang aktif digereja. Dari peristiwa tersebut an timbul suatu keresahan di dalam rumah tangga. Keresahan tersebut dapat berupa, bagaimana keluarga itu mengelola kegiatan ekonomi keluarga, pembagian tenaga kerja dan fungsi, kemudian berapa jumlah pendapatan yang diperoleh atau konsumsinya serta jenis produksi dan jasa yang dihasilkan (Guharja, 1993 : 35).
Rendahnya pendapatan ekonomi rumah tangga menimbulkan suatu keresahan dalam rumah tangga yakni: Pertama, menurut, Guharja, syarat minimum yang diperlukan keluarga adalah konsumsi makanan yang cukup (sesuai dengan yang dibutuhkan), perlindungan/perumahan dan pakaian maupun peralatan rumah tangga.
Kedua, rendahnya tingkat pendidikan dapat mempengaruhi rendahnya tingkat pendapatan. Sedangkan tenaga kerja yang diserap di sektor jasa akan lebih banyak dari orang yang memiliki pendidikan formal (keterampilan). Seyogianya berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian (1990) menghasilkan suatu kesimpulan bahwa kontribusi tingkat pendidikan terhadap produktifitas kerja dan pertumbuhan ekonomi cukup besar dan nyata (1993 : 42,44).
Ketiga, menurut, Teddy Hidayat, kenaikan harga bahan bakar minyak melonjak naik, serentak diikuti kenaikan berbagai kebutuhan hidup, daya beli masayarakat menurun dan penggangguran akibat pemutusan hubungan kerja bertambah. Misalnya, Dalam penelitian M. Harvey Brenner dari Universitas John Hopkins, mengemukakan bahwa untuk setiap kenaikan 1% pengangguran, tercatat kenaikan 1,9% penyakit jantung, 4,1% bunuh diri dan 4,3% pasien baru di Rumah Sakit Jiwa (Pikiran Rakyat, 2007 : 4).
Keempat, ketersedian layanan kesehatan di dalam rumah tangga. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 menyatakan: kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Berdasar definisi tersebut, manusia selalu dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik), dari unsur badan (organobiologik), jiwa (psiko-edukatif) dan sosial (sosio-kultural), yang tidak dititikberatkan pada “penyakit”, tetapi pada kualitas hidup yang terdiri dan “kesejahteraan” dan “produktivitas sosial ekonomi” (Majalah Trus, 2007 : 34).
Dari beberapa uraian diatas, dalam kondisi normal angka bunuh diri diperkirakan berkisar antara 8-50 per 100 ribu orang, tetapi dengan kesulitan ekonomi angka ini akan meningkat 2 sampai 3 kali lebih tinggi (pengalaman di India dan Sri Langka angkanya sebesar 11 - 37 per 100 ribu orang). Jadi Untuk Indonesia angkanya tidak akan jauh dari itu. Misalkan, angka bunuh diri untuk Jawa Barat yang berpenduduk 40 juta sebesar 10 per 100 ribu, maka jumlah yang bunuh diri di Jawa Barat tidak kurang dari 3.000 orang.
Narramore menyatakan umumnya orang yang terus-menerus kuatir dan tertekan dan selalu berpikir untuk bunuh diri maka orang tersebut sedang dalam keadaan depresi (1969 :11).
Untuk itu, semua tekanan dapat mencebloskan orang untuk bertindak bunuh diri, sesuai dengan pendapat Sehnert, 60% orang depresi akibat tekanan ekonomi dan bila hal ini berlangsung lama maka orang tersebut lebih suka mati (1981 : 11).
Berkaitan dengan tekanan ekonomi, majalah Tempo edisi 10 Tahun Krisis Ekonomi (2007 : 66). Bank dunia mencatat jumlah pengangguran di Indonesia naik empat kali lipat pada penghujung 1998 menjadi 20 juta. Demikian dengan pendapat (ILO) Organisasi Buruh Internasional memperikarakan setiap hari, sepanjang puncak krisis itu, sebanyak 15 ribu orang kehilangan pekerjaan. Lebih dari lima juta kena (PHK) Pemutusan hubungan kerja.
Hal serupa di alami karyawan Nagasakti Paramashoes Industry di Tangerang, Banten. Masalahnya perusahan sepatu olahraga Nike di Amerika Serikat menjelaskan hubungan kontrak diputus terhadap PT Nagasaki di Jakarta. Akibatnya 6000 karyawan Nagasaki menjadi pengangguran, tidak sedikit karyawan menangis bahkan yang jatuh pingsan. Sesuai dengan pengamatan wartawan Tempo, karyawan Nagasari merasa periuk nasi terancam (Majalah Tempo, 2007 : 166).
Bila terjadi pengangguran tentu pendapatan rumah tangga berkurang, kebutuhan ekonomi mendesak, bernasib mujur jika sehabis PHK mendapatkan pekerjaan baru dan tingkat pendapatannya tetap atau membuka lapangan kerja sendiri. Tetapi bila hal ini tidak terjadi tentu karyawan akan mengalami depresi seperti penjelasan WHO (World Healt Organization) dibawah ini.
Sesuai hasil penelitian WHO (World Healt Organization) di Indonesia, banyak kasus depresi terjadi sebagai akibat dari krisis yang melanda beberapa tahun belakangan ini. Masalah PHK, sulitnya mencari pekerjaan, sulitnya mempertahankan pekerjaan dan krisis keuangan adalah masalah yang sekarang ini sangat umum menjadi pendorong timbulnya depresi dan beresiko bunuh diri (http:// dennyhendrata.wordpress.com).
Jumlah kasus bunuh diri di indonesia selama semester pertama tahun 2004 sudah mencapai 92 0rang. Sebagian besar masalah yang dihadapi adalah keuangan keluarga (http:// www.kompas.com).
Wibisono (ketua kolegium dan guru besar psikiatri) menyatakan gejala utama depresi dapat berupa konsentrasi menurun, rasa tak berguna dan bersalah, gangguan pola tidur, gangguan pola makan/berat badan, serta rasa putus asa, dan pikiran bunuh diri (http://www. Republika.co.id).
Dipihak lain, biasanya tekanan finansial lebih banyak dialami ibu rumah tangga karena kebanyakan tugas ibu rumah tangga (Indonesia) adalah sebagai pengatur dalam pengelolaan keuangan keluarga.
Demikian tekanan finansial pada keluarga dapat mengakibatkan kecemasan dan mendatangkan tekanan atau depresi. Beberapa contoh percobaan bunuh diri dan bunuh diri pada ibu rumah tangga akibat tekanan finansial (ekonomi), dibawah ini : Kasus pertama, Di Bekasi, seorang ibu memaku kepala anak bungsunya, bocah 3 tahun, sehingga harus di operasi. Si ibu sendiri sesudah memaku kepala anaknya, juga memaku kepala sendiri, namun baik si ibu maupun si anak tidak meninggal. Indikasi sementara si ibu melakukan hal tersebut karena depresi lagi-lagi akibat tekanan ekonomi (http:// kabarindonesia.com).
Kasus kedua, seorang ibu yang bernama Ester Shakoentala Devi, bekerja di Institut Darma Mahardika di Jakarta. Senin 20 agustus 2007 sore hari sepulang kerja, berkesempatan bercerita dengan pembantu rumah tangganya berinisial “N”. Seorang ibu dari 4 anak yang semuanya masih dalam usia sekolah. Suaminya pengangguran. Jadi bisa dikatakan si mbak “N” ini adalah tulang punggung keluarga. Yang menyedihkan adalah, ternyata ia sudah beberapa kali mencoba bunuh diri karena tidak tahan terhadap tekanan ekonomi (http://ester-journey.blogspot.com).
Kasus ketiga, seorang ibu bernama Jasih (30), nekat membakar diri bersama kedua anaknya, diduga karena frustasi karena tekanan ekonomi. Akhirnya kedua anaknya dan ibu Jasih meninggal (http://www.kompas.com).
Gambaran umum secara kekristenan membunuh orang lain atau membunuh diri sendiri merupakan larangan Tuhan dan dianggap dosa (Kejadian 20 : 13) bnd (Matius 5 : 21) menyatakan siapa yang membunuh harus dihukum. Berarti pembunuhan pelanggaran terhadap Firman Allah dan disebut dosa termasuk bunuh diri.
Dari contoh kasus tentang percobaan bunuh diri diatas sampai terjadinya bunuh diri pada ibu rumah tangga akibat tekanan finansial. Maka penulis ingin memberikan usulan bagaimana bimbingan pastoral bagi ibu rumah tangga yang mencoba bunuh diri akibat tekanan financial? Selanjutnya melalui bimbingan pastoral yang diberikan, diharapkan akan mampu membuat ibu rumah tangga terlepas dari usaha percobaan bunuh diri.

Pokok Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas dalam studi ini, adalah karena tekanan finansial ibu rumah tangga dapat melakukan percobaan bunuh diri. Untuk itu, bagaimanakah bimbingan pastoral bagi ibu rumah tangga yang mencoba bunuh diri akibat tekanan finansial.

Rumusan Masalah
Dari pokok masalah di atas maka muncul pertanyaan bagi penulis untuk merumuskan masalah penelitian :
1. Bagaimana gambaran umum (kepribadian) yang dialami ibu rumah tangga sebelum melakukan percobaan bunuh diri ?
2. Bagaimana dampak tekanan finansial menimbulkan percobaan bunuh diri bagi ibu rumah tangga ?
3. Bagaimana bimbingan pastoral terhadap ibu rumah tangga yang melakukan percobaan bunuh diri ?

Asumsi Dasar
Asumsi dasar dalam penulisan ini adalah jika ibu rumah tangga yang mengalami tekanan finansial dan melakukan percobaan bunuh diri mendapatkan bimbingan pastoral, maka diharapkan ia akan sanggup melewati masa percobaan bunuh diri dan kembali menjalani kehidupan normal layaknya seperti ibu rumah tangga yang lain.


Tujuan Penelitian
1. Menggambarkan perubahan kepribadian yang dialami ibu rumah tangga sebelum percobaan bunuh diri
2. Menggambarkan dampak tekanan finansial menimbulkan depresi berat ibu rumah tangga
3. Mengusulkan bimbingan pastoral bagi ibu rumah tangga yang mencoba bunuh diri Akibat tekanan finansial.

Defenisi Istilah
Bimbingan adalah hubungan timbal balik antara dua individu yaitu konselor dan konseli yang membutuhkan pengertian untuk mengatasi persoalan yang dihadapi (Collin, 1989 : 3).
Bimbingan yang dimaksud dalam studi ini adalah suatu interaksi antara konselor dengan konseli untuk mencari akar permasalahan dan memberi solusi yang tepat bagi konseli.
Pastoral adalah berasal dari kata " pastor" dalam bahasa latin atau bahasa Yunani disebut "poimen", artinya "gembala". Gembala memberikan pembinaan, pemberitaan firman Allah, pelayanan yang berhubungan dengan sakramen, pelayanan penyembuhan, pelayanan kepada masyarakat, menantikan dan menerima kehadiran serta partisipasi Allah, memberikan konseling pastoral (Beek, 2003 : 12).
Selanjutnya pastoral yang dimaksud dalam studi ini adalah menggembalakan jemaat atau orang yang mau dilayani dengan dasar yang Alkitabiah agar dapat membina hubungan dengan Kristus serta kepada sesama manusia.
Bunuh diri adalah sengaja mematikan diri sendiri (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1976: 169). Selain itu, menurut Graham, bunuh diri adalah hidup tidak punya arti, tidak bertujuan, dan tak ada masa depan, serta dirasuki oleh perasaan putus asa dan keyakinan, kematianlah jalan satu-satunya (Graham, 1990 : 38).
Sehubungan dengan pengertian diatas, studi ini, memahaminya karena adanya rasa putus asa, tidak punya harapan, tidak punya nilai hidup lagi, dan kematianlah sebagai solusi terakhir. Banyak cara yang dilakukan untuk bunuh diri, seperti minum racun, gantung diri, bakar diri, membiarkan diri ditabrak kereta api dan lain sebagainya.

Pembatasan Masalah
Studi ini hanya dibatasi pada ibu rumah tangga yang mengalami percobaan bunuh diri karena tekanan finansial. Kemudian penelitian dilakukan berdasarkan mengumpulkan literatur-literatur yang berhubungan dengan pokok permasalahan.

Metode Penelitian dan Prosedur
Metode penelitian dan prosedur yang dipakai adalah metode deskriptif analitis artinya prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek (seseoang atau lembaga, masyarakat dan lain-lain) Pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1998:63).
Demikian, pendapat Nasir, bahwa metode deskriptif merupakan penelitian status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atapun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir, 1999 : 63).
Prosedur penulisannya dilakukan dengan; pertama, mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan dengan pokok permasalahan, yakni literatur-literatur, mengklasifikasikan bahan-bahan, mendapatkan informasi atau data dan memakai semua data untuk mendeskripsikan masalahnya. Bahan-bahan yang dipakai yakni, seperti buku-buku psikologi, majalah, koran, internet, buku-buku konseling, buku-buku kedokteran jiwa.
Kedua, melakukan studi terhadap bagian tertentu dalam Alkitab, untuk mendapatkan bimbingan pastoral bagi ibu rumah tangga yang mencoba bunuh diri akibat tekanan finansial.
Selanjutnya bila literatur-literatur memadai maka untuk mendapatkan kesimpulan. Penulis memakai teknik “deduktif”, yaitu menarik kesimpulan dari umum ke khusus (Samsoko, 2003 : 3).
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat kelulusan program studi strata -1 pada Institut Teologi Indonesia (INTI) di Bandung.
2. Memberikan suatu usulan bagi konselor, khususnya dalam pelayanan terhadap ibu rumah tangga yang mencoba bunuh diri akibat tekanan finansial.
3. Menambah wawasan penulis serta mendapatkan pengetahuan bagaimana melakukan bimbingan pastoral bagi ibu rumah tangga yang mencoba bunuh diri akibat tekanan finansal.

Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan yang berisi, Latar belakang masalah, pokok masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, defenisi konsep-konsep penting, pembatasan masalah, metode dan prosedur penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan teori akibat tekanan finansial menyebabkan mencoba bunuh diri bagi ibu rumah tangga.
Bab III Menyajikan data-data ibu rumah tangga yang telah dan mencoba bunuh diri dari berbagai sumber media.
Bab IV Menyajikan usulan bimbingan pastoral bagi ibu rumah tangga yang mencoba bunuh diri akibat tekanan finansial.
Bab V Kesimpulan dan saran penulis. Roh Kudus yang berperan sebagai penuntun (Yohanes 16 : 13-14). Tugas pembimbing yang sangat penting memahami akar masalah dan memperkatakan tentang Firman Allah.


BAB II
PANDANGAN UMUM DAN METODE BIMBINGAN PASTORAL BAGI IBU RUMAH TANGGA YANG MENCOBA BUNUH DIRI AKIBAT TEKANAN FINANSIAL

Dalam bab ini akan dibahas tentang defenisi percobaan bunuh diri, teori tentang bunuh diri, bunuh diri menurutAlkitab, kaitan depresi dengan bunuh diri, gambaran umum percobaan bunuh diri, indikator penyebab tekanan finansial, komponen kebutuhan dasar rumah tangga, Akibat Tekanan Finansial Mencoba Bunuh diri, tekanan finansial bagi ibu rumah tangga, peranan bimbingan pastoral dan hubungannya dengan bimbingan sekuler, bimbingan, prinsip bimbingan pastoral, tujuan bimbingan pastoral, metode bimbingan pastoral.

Percobaan Bunuh Diri
Percobaan adalah mencoba sesuatu. Sedangkan bunuh diri adalah sengaja mematikan diri sendiri (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 2003 : 169). Maka disimpulkan bahwa percobaan bunuh diri adalah mencoba mematikan diri sendiri dengan sengaja. Menurut Wright, percobaan bunuh diri adalah tindakan yang disengaja untuk membinasakan diri sendiri (1993 : 123).
Graham, dalam buku Menghadapi Kematian dan Kehidupan Sesudahnya, 1990 : 38) menggambarkan orang mencoba bunuh diri umumnya adalah orang yang tidak mempunyai arti hidup, tidak bertujuan, dan tak ada masa depan, serta dirasuki oleh perasaan putus asa. Kematianlah jalan satu-satunya.

Teori Tentang Bunuh Diri
Rais dalam Jurnal Keluarga “Mengapa Bunuh Diri ?” Vol. 1. 2007 mengklasifikasi kasus bunuh diri ke dalam tiga tipe antara lain : Pertama Altruistic Suicide, bunuh diri karena integrasi sosial kemasyarakatan yang terlalu kuat. Dengan kata lain, seseorang yang tingkat integritas kelompoknya tinggi, maka semakin tinggi pula tingkat kerelaan anggota berkorban untuk kelompoknya dengan cara bunuh diri.
Bunuh diri jenis ini lazimnya terjadi pada kalangan militer, teroris di mana mereka rela mengorbankan jiwanya karena sikap fanatik/solidaritas yang berlebihan demi rekan sejawatnya atau bangsanya. Seperti bunuh diri yang dilakukan oleh tentara Jepang pada perang Dunia II. Mereka menabrakkan pesawat tempurnya ke daerah pertahanan lawan.
Kedua Egoistic Suicide, bunuh diri karena integrasi sosial yang lemah. Semakin terisolasi individu dari kelompoknya, semakin tinggi kecenderungan individu untuk melakukan bunuh diri. Bunuh diri seperti ini sering terjadi pada anak remaja yang dihinggapi rasa malu, rasa bersalah dan rasa tidak percaya pada orang lain secara berlebihan. Hal lainnya, bunuh diri egoistik disebabkan oleh tekanan budaya terhadap individualisme maupun oleh kurangnya ikatan pribadi dengan kelompok primer.
Ketiga Anomic Suicide, bunuh diri ini disebabkan situasi eksternal yang menekan individu seperti tekanan ekonomi, politik, dan psikososial lainnya. Dengan kata lain, ketidakmampuan menghadapi perubahan di masyarakat mengenai nilai dan standar hidup (misalnya kehilangan pekerjaan, krisis ekonomi). Lemahnya ekonomi, menyebabkan individu-individu mengalami kebingungan, sehingga individu cenderung menjauhi ikatan emosional kelompoknya. Semakin kecil ikatan emosional individu dengan kelompoknya, semakim tinggi kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.
Tiga teori bunuh diri di atas ditambah satu lagi, yaitu Fatalisme Suicide. Bunuh diri fatalistik merupakan model bunuh diri karena kekangan dari luar. Semakin keras tingkat hukuman atau tata aturan yang diberlakuan di masyarakat menyebabkan individu dalam masyarakat frustasi. Karena individu merasa sangat tertekan. Sebagai bentuk pelarian, maka ia melakukan bunuh diri. Misalnya seorang anak yang terlalu dikekang oleh aturan orang tuanya atau sekolahan bisa menyebabkan frustasi dan bunuh diri (2007 : 77-79).
Skripsi ini membahas percobaan bunuh diri akibat tekanan finansial. Dari beberapa teori di atas tekanan finansial dikategorikan sebagai teori anomi suicice. Artinya seseorang atau individu mengalami tekanan ekonomi sehingga berdampak pada percobaan bunuh diri. Untuk itu, tidak menutup kemungkinan bahwa akibat tekanan finansial melakukan percobaan bunuh diri.

Bunuh Diri Menurut Alkitab
Alkitab mencatat tiga peristiwa bunuh diri. Pertama, Saul bunuh diri (1 Samuel 31). Dua, Aktitofel, penasihat raja Daud, bunuh diri (2 Samuel 17 :23). Tiga, Yudas Iskariot bunuh diri (Kisah Para Rasul 1 : 16).
Dari ketiga tokoh peristiwa di atas, salah satu akan dibahas yakni kasus yang melatarbelakangi Yudas bunuh diri. Menurut J.H.Bavinck, Yudas, seorang murid Yesus yang termasuk bilangan rasul (Matius 10 : 4), seorang pencuri yang sering mengambil uang kas yang dipegangnya untuk kepentingan diri sendiri (Yohanes 12 : 6), Untuk mendapatkan uang ia rela menjual Yesus kepada imam-imam (Matius 26 : 15-16) (1990 : 173).
Beberapa penafsiran tentang latar belakang penyebab Yudas Iskariot bunuh diri yaitu : pertama, menurut Verkuyl, ketidakpercayaan dan ketidaktaatan Yudas terhadap panggilan, Kristus memanggil muridnya agar bertobat tetapi hati Yudas tertutup (tidak percaya), jahat dan keras (menjual Yesus dengan uang), tegar tengkuk terhadap Tuhan, ketika Yudas menyesal dan merasa dosanya tidak terampunkan dan dia memilih bunuh diri. (1989 : 216).
Injil Lukas sendiri tidak memberi keterangan yang akurat berdasarkan psikologis atau politik. Tetapi ia memberi tafsiran dengan penjelasan “teologis” atau keagamaan. Yaitu dengan mengatakan “masuklah Iblis ke dalam Yudas” lalu ia bunuh diri (Lukas 22 : 3 bnd Yoh. 13 : 2) (Bolan, 2000 : 516).
Pandangan yang kedua, Yudas mengharapkan bila Yesus memperoleh kekayaan, kehormatan besar, dan menjadikan Yesus sebagai raja di bumi-Israel maka suatu jabatan penting akan dipegang oleh Yudas. Tetapi Yesus tidak mengharapkan demikian, namun sebaliknya Yesus mulai menceritakan penderitaan-Nya. Yudas pun menyimpan rasa dendam terhadap Yesus dan menjualnya, sekian lama telah mengikut Yesus namun tidak sesuai dengan harapannya yang akhirnya Yudas membunuh diri sendiri (Bavinck, 1990 : 548).
Pandangan yang ketiga, Yudas sebagai seorang nasionalis kecewa terhadap Yesus karena lama-kelamaan ia mulai mengerti bahwa Yesus tidak bermaksud bertindak sebagai pemimpin politik untuk memerdekakan bangsa Yahudi dari penjajahan orang-orang Romawi. Jadi ia ditafsirkan kecewa dan menghianati Yesus, menyesal dan merasa berdosa lalu bunuh diri (Bolan, 2000 : 516).
Bolan, menjelaskan bahwa Yudas diberi nama tambahan Iskariot (Yoh. 13 : 26, ayahnya juga sudah mempunyai nama tambahan itu). Biasanya nama itu diterangkan dari sudut bahasa Ibrani : Isy Keriot artinya “orang Keriot” yaitu “orang yang berasal dari Keriot”. Kemungkinannya ialah bahwa nama itu berhubungan dengan kata Yunani Sikarios yang dipakai untuk menyatakan kaum Zelotis atau zelot.
Sebagaimana kaum Zelot merupakan orang-orang yang sering terlibat dalam tindakan langsung melawan pihak Roma. Menurut kepercayaan agama mereka yang terutama ialah bahwa mereka tidak dapat mempunyai tuan yang lain selain kecuali Allah, dan oleh karena itu orang-orang Romawi harus diusir dengan cara apa pun juga (Drane, 2005 : 44).
Groenen, dalam buku (Pengantar ke dalam Perjanjian Baru : 1984) pada zaman Perjanjian Baru (dan sebelumnya) ada gerakan “gerilya” di bawah tanah yang disebut sebagai “Zeloti”. Gerakan ini tampil sebagai sekelompok politis yang terorganisir secara militer dan berjuang dengan taktik teror. Itu sebabnya, Yudas dan orang-orang Zelot bermaksud merebut kekuasaan politis. Umumnya bila kekuasaan politis dapat dikuasai maka tekanan terhadap ekonomi, agama dan budaya lebih mudah diatasi (1984 : 50).
Ketiga tafsiran diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa Yudas bunuh diri karena memiliki latar belakang yakni : pertama, ketidakpercayaan dan ketidaktaatan Yudas terhadap panggilan, “masuklah Iblis ke dalam Yudas”. Kedua, Yudas mengharapkan suatu jabatan penting dan uang. Ketiga, Yudas sebagai seorang nasionalis bermaksud Yesus menjadi pemimpin politik dan memerdekakan bangsa Yahudi dari penjajahan orang-orang Romawi.
Beberapa gambaran Yudas yakni seorang pencuri, (tidak beriman) kerasukan setan, terlalu berambisi memiliki jabatan, mengharapkan Yesus sebagai raja dan memerdekakan Israel dari penjajahan Roma, menyerahkan orang yang tidak bersalah yakni Yesus.
Akhirnya ia sangat menyesal dan menganggap berdosa sekali karena menyerahkan Yesus yang tidak bersalah. Dalam penyesalannya, ia mengalami ketakutan, malu, merasa terkutuk, putus asa dan mengakhiri hidupnya dengan cara menggantungkan diri. Yudas, ditunjukkan sebagai orang yang menyesali dosanya, ia mencoba menebus Yesus dengan uang tetapi tidak dapat ditebus lagi. (Bavinck, 1990 : 594).
Beberapa penafsiran diatas, seperti pendapat Bavinck, bila Yesus memperoleh kekayaan dan kehormatan besar maka Yudas akan memegang suatu jabatan penting dan kekayaan materi, tetapi sebaliknya tidak demikian. Itu sebabnya Yudas menjual Yesus ketika tidak mendapat jabatan dan kekayaan materi. Untuk itu, kasus Yudas yang bunuh diri berkaitan dengan akibat tekanan finansial sebab ia menjual Yesus.

Istilah Ibrani
Istilah Ibrani yang diterjemahkan dengan “membunuh” (Ibrani: “ratsah”) kata ini memiliki pengertian yang bersifat umum. Dalam penyelidikannya secara khusus kasus-kasus penggunaan kata “ratsah”, menarik kesimpulan bahwa artinya adalah pembunuhan dan bunuh diri merupakan diluar proses-proses hukum (membunuh dengan sengaja), dan yang melanggar hukum keenam “jangan membunuh” Contoh :
Ayub 24 : 14 = “Pada parak siang bersiaplah si pembunuh (“rotseah”), orang sengsara dan miskin dibunuhnya”...
I Raja-raja 21 : 19 = Raja Ahab telah membunuh (“ratsah”) dan merampas”, yaitu, dia sudah bertindak di luar hukum, padahal hukum Tuhan mengikat rakyat maupun raja.
Matius 27 : 5 = Yudas melanggar hukum keenam yakni bunuh diri. (I. J. Cairns, 1997 : 119).
Wiseman, kata ratsah ditekankan antara pembunuhan yang disengaja (direncanakan) dan membunuh yang diakibatkan kecelakaan maupun yang tidak direncanakan (Kel 21 : 12-14). Kata ini tidak hanya diartikan sebagai hukuman mati (Kel 21 :15), tetapi mencakup pengertian “menyebabkan mati” yang mempunyai pengertian yang sama dengan kata Yunani thanatos (membuat supaya mati) (1973 : 159-160).
Selanjutnya, kata “ratsah” diartikan sebagai pembunuhan atau membunuh diri sendiri adalah merusak tubuh yang adalah bait Allah dapat digolongkan sebagai euthanasia dan bunuh diri. Ia memberi landasan, sebab penderitaan sebagai hal yang di izinkan Allah demi kebaikan manusia (Roma 8 : 28) (Kurfess, 1998 : 5-6).

Istilah Yunani
Penggunaan kata bunuh diri dalam istilah Yunani ada dua yakni pertama, yang dipakai dalam hukum keenam (Kel 20 : 13) membunuh “phoneuseis” yang berasal dari kata “phoneuon” yang berarti membunuh (dalam bahasa Inggris to kill, slay, murder, to commit murder). Kata-kata ini juga dipergunakan dalam ayat-ayat berikut : Matius 5 : 21; Mat 15 : 19; Bilangan 35 : 27; I Raja-raja 21 : 19. Pengertian membunuh (phoneuseis) menekankan tindak kekerasan dengan menggunakan alat atau benda. Pekerjaan membunuh disini merupakan suatu tindakan/aksi/kegiatan di sengaja ataupun tidak (Ul 4 : 42), jadi yang dimaksud membunuh dalam hukum keenam bukan hanya membunuh orang lain tetapi mencabut nyawa sendiri juga termasuk membunuh.
Kedua, kata thanatos yang dipakai dalam euthanasia (eu + thanatos) berarti membuat supaya mati atau tindakan yang menyebabkan kematian (thanatou). Matius 27 : 5 = Yudas menggantungkan diri…;Kej 49 : 6-7 = sebab dalam kemarahannya mereka telah membunuh orang…; Kel 1 : 16 = jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya…; Yesaya 14 : 30 = tetapi keturunanmu akan kumatikan dengan kelaparan, dan sisa-sisamu akan kubunuh….; (Harold, 1978 : 428).
Dalam kesepuluh firman atau sering disebut sepuluh hukum taurat, firman keenam diperintahkan untuk “jangan membunuh” (Keluaran 20 : 13). Menurut Verkuyl, dalam Alkitab perbuatan bunuh diri itu dipandang sebagai pelanggaran terhadap firman keenam (hukum taurat) merusak hidup sebagai karunia. Untuk itu bunuh diri merupakan pembunuhan serta pelanggaran terhadap firman Allah merupakan dosa dihadapan Tuhan. Penjelasannya hidup manusia adalah hasil karya Allah, ciptaannya, anugerahnya. Allah menghendaki supaya manusia hidup. Allah telah menjadikan manusia menurut gambar dan RupaNya. Maka Allah melarang manusia merusak, membinasakan dan meniadakan hidup (1989 : 216).
Menurut Teologi Guthrie, Manusia, sebagai mahluk ciptaan Allah, diharapkan untuk mematuhi peraturan-peraturan Allah. Ketetapan-ketetapan Perjanjian Lama (hukum taurat) misalnya tentang jangan membunuh, dianggap berlaku untuk manusia secara umum, karena ketetapan-ketetapan itu merupakan bagian dari peraturan Allah bagi ciptaan (1996 : 153).
Guthrie, dalam studinya mengatakan dosa (hamartia) digunakan secara umum dalam pengertian perbuatan-perbuatan dosa dan dipakai dalam bentuk jamak dan tunggal. Bentuk jamak dari kata itu sering terdapat dalam tulisan-tulisan yang merupakan kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama misalnya (Roma 4 : 7; 11 : 27, bnd. 1 Tesalonika 2 : 16; I Korintus 15 : 17). Juga terdapat dalam beberapa pernyataan yang menghubungkan kematian Kristus dengan dosa manusia, misalnya dalam I Korintus 15 : 3. Dalam Kolose 1 : 14 Paulus menggunakan istilah “pengampunan dosa” dan dalam Galatia 1 : 4 terdapat gagasan mengenai “Kristus yang menyerahkan diri-Nya karena dosa manusia”. Dalam bentuk jamak hamartiai mengungkapkan keseluruhan dosa secara umum (Efesus 2 : 1) (1996 : 217).
Bentuk tunggal dari kata hamartia menggambarkan keadaan berdosa dan bukan berarti suatu tindakan membuat dosa. Dalam hal ini, Paulus, berbicara tentang kuasa dosa (Roma 3 : 9), pengenalan dosa (Roma 3 : 20), bertambahnya dosa (Roma 5 : 20), hamba dosa (Roma 3 : 20), (Roma 6 : 16), dan upah dosa (Roma 6 : 23).
Selain memakai kata yang umum untuk dosa, Paulus menggunakan empat istilah lain menunjukkan aspek-aspek khusus dari ajarannya. Salah satu dari keempat istilah itu mempunyai akar kata, yang artinya Yesus menunjukkan keadilan-Nya membenarkan orang percaya, iman menghapukan dosa. (Roma 3 : 25-26; I Korintus 6 : 18). Istilah Kedua, kata paraptoma artinya langkah yang keliru. Contoh pemakaian kata ini terdapat dalam Roma 4 : 25 dan Galatia 6 : 1. Ketiga, parabasis yang berarti melangkah ke samping, yaitu menyimpang dari jalan yang benar; biasanya diterjemahkan dengan kata “pelanggaran” (Roma 2 : 23; 4 : 15; Galatia 3 : 9). Keempat, kata anomia yang berarti kedurhakaan atau perbuatan jahat misalnya (2 Korintus 6 : 14; 2 Tesalonika 2 : 2 : 3). (1996 : 218).
Melihat pengertian dosa di atas, maka kasus Yudas yang bunuh diri ratsah (Ibrani), thanatos (Yunani) dalam arti mencabut nyawa sendiri adalah dosa karena menurut Roma 2 : 23 ia melakukan pelanggaran (parabasis) yakni bunuh diri hal ini terdapat larangan dalam hukum taurat firman Allah keenam “jangan membunuh”.

Kaitan Depresi Dengan Bunuh Diri
Menurut kamus Bahasa Indonesia, kata “depresi” diartikan sebagai orang yang mengalami gangguan jiwa seperti perasaan merosot (muram, sedih, perasaan tertekan) (2003 : 254). Di dalam Konkordansi, kata “depresi” Istilah yang paling mendekati di sana adalah “tertekan” seperti dalam Kitab Mazmur 43:5, “mengapa engkau tertekan hai jiwaku”? (Meyer, 2005 : 144). Untuk itu, orang yang mengalami perasaan tertekan dapat menunjukkan wajah yang muram dan rasa sedih.
Namun, tidak semua bentuk tertekan atau depresi dapat berakibat fatal seperti melakukan percobaan bunuh diri. Tiga tahap depresi secara universal diakui oleh para konselor, mengkategorikan sebagai depresi ringan, sedang, dan tingkat tinggi. Para konselor menyebut depresi ketiga inilah yang dapat mengakibatkan seseorang berniat bunuh diri (Tim laHaye, 2005 : 27).
Dalam kaitan ini, Narramore, melukiskan depresi tingkat tinggi yang cenderung mengalami kemurungan terus-menerus, hal ini menunjukkan keadaan putus asa dan terus-menerus berpikiran untuk bunuh diri (1993 : 8).
Tim laHaye, mendeskripsikannya, keadaan yang terganggu (sedih, ketakutan dan hidup tak berguna); penyiksaan diri; tingkah laku merendahkan diri; keinginan untuk mati; gejala-gejala fisik dan vegeratif (agitasi, kehilangan selera, dan berat badan, tidak dapat tidur); dan pemikiran telah melakukan sesuatu dosa yang tidak dapat diampuni (2005 :15).
Seseorang melakukan bunuh diri yaitu merasa putus asa, kehilangan harapan, sedih, kemarahan dan apatis. Sehingga salah satu pola percobaan bunuh diri disebut karena depresi. pada akhirnya kemarahan yang ditekan-tekan ini berbalik melawan dirinya dalam wujud percobaan bunuh diri (Wright, 1993 : 125).
Rasa tertekan (depresi) dengan niat bunuh diri dalam beberapa sebab seperti kebutuhan yang tidak terpenuhi dapat meningkatkan ketegangan atau ketidakseimbangan dalam berpikir dan bertingkah laku negatif seperti percobaan bunuh diri.
Clinibel, melukiskan tahap yang khas dalam perkembangan percobaan bunuh diri : masalah (stimulus = perangsang, dorongan) menyebabkan ketegangan secara terus-menerus, sering mengalami kegagalan menghasilkan gangguan batin termasuk perasaan cemas, bingung, bersalah, tidak berguna, dan kekacauan fungsi hingga ke suatu tingkat tertentu, ketegangan akibat masalah yang tidak dapat ditanggulangi (2006 : 241).
Selanjutnya, depresi yang menimbulkan pola pikir negatif dan cenderung melakukan percobaan bunuh diri. Aaron Beck, menggambarkan “tiga kognisi”.
Pertama, dunia : Menafsirkan pengalaman secara negatif. Melihat kekalahan, kerugian atau penghinaan. Kedua, diri Sendiri : Menganggap diri kurang baik, tidak layak, tidak berharga. Melihat diri bercacat-lalu menganggap diri tidak di ingini dan tidak berguna–lalu menolak diri sendiri.
Ketiga, Masa Depan : mengantisipasi bahwa kesulitan sekarang ini akan berlanjut. Melihat kehidupan masa depan penuh kesukaran, frustasi, dan kerugian. Beck mengatakan jika pola pikiran seperti tiga kognisi ini, maka dapat digambarkan seperti suasana hati yang sedih, kebergantungan meningkat, kemauan hilang, penghindaran keinginan, keinginan bunuh diri (2001 : 54).
Maka kesimpulannya adalah bahwa sebagian besar orang mencoba bunuh diri adalah karena orang itu sedang mengalami depresi tingkat tinggi yang menggambarkan yakni : Pertama, tidak menemukan jalan keluar masalahnya. Kedua, mengalami kemurungan terus-menerus. Ketiga, keadaan putus asa (hidup tak berguna), sedih, ketakutan, penyiksaan diri, tingkah laku merendahkan diri, keinginan untuk mati. Keempat, kehilangan selera, berat badan menurun, tidak dapat tidur, ketidakseimbangan dalam berpikir dan bertingkah laku negatif. Kelima, sering mengalami kegagalan dan mengahadapi tekanan hidup yang secara terus-menerus.

Gambaran Umum Percobaan Bunuh Diri
Untuk mengetahui gambaran umum percobaan bunuh diri atau depresi tingkat tinggi. Tim laHaye, dalam bukunya Bagaimana Mengatasi Depresi, (2005 : 28-32) menyebut beberapa gambaran yang dapat diketahui seperti gambaran fisiologis, gambaran mental, gambaran emosional serta gambaran spritualitas

Gambaran Fisik dan Mental
Secara fisik dan mental digambarkan sebagai berikut : Tingkah laku tidur yang gelisah, kelesuan, perasaan lelah, tidak dapat menikmati hobi. Cenderung terbangun lelah yang tidak memiliki motivasi, meskipun mereka dapat bekerja namun kinerja mereka tidak baik. Kemudian mereka akan kehilangan nafsu makan, kehilangan dorongan seks. Menyangkut dorongan seks, khususnya pada wanita. Ada beberapa wanita-wanita yang diketahui begitu menderita depresi sehingga fungsi menstrual terhenti. Penampilan yang tidak terpelihara. Kalaupun berpakaian yang rapi tetapi sangat menonjol dan berlebihan sekali, itu sebabnya mereka sudah tidak memperhatikan diri sendiri.
Penyakit secara fisik. Beberapa dari persoalan yang umum adalah kelelahan, kelemahan, nyeri-nyeri, pusing, jantung berdebar-debar, dada terasa sesak, kesulitan bernafas, sakit kepala, susah buang air besar, sakit ulu hati, dan berkeringat.

Gambaran Emosional
Gambaran emosional dapat dilihat seperti : kehilangan rasa kasih, kesedihan, tangisan, permusuhan, mudah marah dan tersinggung serta mengeluh membenci diri sendiri,kekwatiran, ketakutan, dan kecemasan. Segala sesuatu menjadi alasan untuk kecemasan. Takut ditinggalkan sendirian, menghindarkan masa lalu, juga takut kepada masa yang akan datang. Rasa kuatir yang mematahkan semangat. Keputusasaan. Pada umumnya orang yang mengalami depresi tingkat tinggi adalah orang dibebani rasa putus asa. Tidak dapat membayangkan atau menemukan jalan keluar masalahnya.

Gambaran Spritualitas
Meyer, menyebut orang yang terserang depresi berat digambarkan sebagai orang yang tidak rela untuk mengampuni, rasa kasihan terhadap diri sendiri (2005 : 158). Narramore, menyebut gambaran spritualitas orang yang depresi berat adalah orang tidak mempunyai hubungan yang vital dengan Tuhannya (1993 : 17). Menurut Mark dan Vikler, dosa yang tidak diakui mendatangkan beban berat, depresi dan penyakit jasmani. “tidak ada yang sehat pada dagingku oleh karena amarah-Mu, tidak ada yang selamat pada tulang-tulangku oleh karena dosaku…. “(Mzm. 38 : 4).
Susabda, mengatakan gejala-gejala depresi berat mengekspresikan diri spiritual, misalnya perasaan berdosa yang tidak terampunkan, fanatik, keragu-raguan yang terus-menerus (1982 : 146).

Indikator Penyebab Tekanan Finansial
Indikator didefenisikan sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) petunjuk atau keterangan (KBBI, 2003 : 430). Untuk itu, dimaksudkan indikator tekanan finansial adalah menunjukkan penyebab terjadinya tekanan finansial atau krisis keuangan.
Seringkali masalah dalam pernikahan makin besar ketika salah satu atau kedua pasangan suami-istri merasa cemas akan krisis keuangan. Bagi orang tertentu, uang berarti keamanan, tanpa uang orang itu akan kalut dan bingung. Namun bagi yang lain, uang bisa berarti harga diri dan sebuah kebanggaan.
Bagus Irawan (dalam Margery D. Rosen, Pengamatan Masalah Kesulitan Ekonomi Keluarga, 2007 : 51) berdasarkan pengamatan, menemukan bahwa sejumlah keluarga mengalami masalah berhubungan dengan ekonomi. Sebanyak 5 kasus (5%) dari 100 kasus yang diteliti, terkait dengan masalah ekonomi. Penyebab dari masalah ekonomi itu antara lain adalah hutang (1 kasus; 14,3%), pengangguran (1 kasus; 14,3%), kemalasan (2 kasus 28,6%), pemborosan (1 kasus; 14,3%), pemerasan (1 kasus; 14,3%) dan kebodohan atau sikap kurang kreatif (1 kasus; 14,3%).
Salah satu dampak kesulitan ekonomi ini adalah bahwa keluarga hidup dalam kemiskinan. Menurut F. Magnis Suseno, kemiskinan mempunyai arti bahwa orang tidak menguasai sarana-sarana fisik secukupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, untuk mencapai tingkat minimum (Irawan, 2007 : 53). Artinya mampu membiayai hidup sehari-hari, seperti kebutuhan sandang dan pangan.
Indikator tekanan finansial menurut Chamsyah, secara umum ditandai oleh ketidakberdayaan/ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan. (2006 : 21).
Dipihak lain, para pengamat ekonomi Indonesia seperti Faisal Basri mengatakan di usia Indonesia ke-60 merdeka. Indonesia masih banyak mengimport komoditi pertanian. Seperti susu (90%), kedelai (45%,) jagung (10%), gula (40%), dan daging (25 %). Ini menunjukkan peningkatan produksi pangan tidak dapat mengejar kebutuhan masyarakat Indonesia (Majalah Trus, 2005 : 17). Alasannya, di Indonesia khususnya sektor pertanian memiliki tingkat ketrampilan atau pendidikan yang rendah sehingga kebutuhan sektor pertanian minim.
Tempo, 10 Tahun Krisis Ekonomi, menulis sektor perusahaan goyah sehingga gelombang pemutusan kerja tidak terhindarkan. Di perkirakan 20 juta orang kehilangan pekerjaan. Artinya, satu dari lima orang angkatan kerja menganggur dan angka kemiskinan pun memcapai 50 persen dari total jumlah penduduk Indonesia tahun 1997 hingga tahun 2007 (2007 : 26).
Di kota-kota indutri utama seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya, 15% dari dua juta pekerja tekstil di Indonesia mengalami pemutusan hubungan kerja karena kenaikan harga bahan tekstil. Akibatnya diperkirakan pengangguran cenderung meningkat 11% ditambah melonjaknya harga-harga cenderung meningkatkan frustasi, kecemasan rumah tangga. Bahkan pekerja yang masih dapat menyelamatkan pekerjaannya pun merasa sulit untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya, karena daya beli mereka yang merosot (Singh, 1998 : 95).
Selain itu, kenaikan harga kebutuhan pokok rumah tangga merupakan dampak krisis keuangan. Produsen roti Lucky Bakeri di Tangerang, mengalami kerugian dan mengurangi olahannya. Biasanya, dalam sehari memproduksi sampai 80 kali adonan yang menghabiskan sekitar 3,2 ton terigu sebanyak 96 roti siap jual. Tetapi harga gandum, mentega, telur dan susu naik dan terpaksa mengurangi jumlah produksi roti. Pemilik produksi roti mengatakan, kenaikan harga bahan roti memaksa mengurangi jumlah tenaga kerja (Tempo, 2007 : 106).
Namun penyebab kesulitan ekonomi bukan hanya karena seperti pendapat Margery D. Rosen, menurut ideologi liberatif tentang penyebab kesulitan ekonomi, penyebabnya bukan hanya kesalahan orang miskin, melainkan akibat kondisi-kondisi objektif kehidupan mereka. Contohnya, krisis finansial untuk sebagian besar merupakan akibat ketidakadilan struktural. Artinya strukturisasi proses-proses ekonomi, politik, sarana-sarana produksi, budaya, taraf pendidikan yang rendah (perbedaan akses terhadap pendidikan) (Irawan, 2007 : 54).
Menurut Irawan, dampak kesulitan ekonomi mulai dari ideologi konservatif (hutang, pengangguran, kemalasan, pemborosan, pemerasan dan kebodohan atau sikap kurang kreatif) sampai ideologi leberatif (sistem ekonomi, politik, budaya, ketidakadilan pemerintah dalam membina masyarakat) maka dari penelitian dilihat akibat kesulitan ekonomi dalam tabel berikut ini :
Akibat kesulitan ekonomi Jumlah kasus Prosentasi
Rasa minder atau malu 2 40%
Kesulitan untuk maju 1 20%
Anak-anak kurang terdidik 1 20%
Mudah iri hati pada sesama yang lebih beruntung 1 20%

Dari table di atas tampak bahwa akibat kesulitan ekonomi keluarga menjadi minder serta malu (2 kasus 40%), keluarga kesulitan untuk maju (1 kasus; 20%), keluarga merasa iri hati pada sesama yang lebih beruntung (1 kasus; 20%), akibat lain dari kesulitan ekonomi ialah anak-anak kurang mendapatkan pendidikan yang baik (1 kasus; 20%).

Komponen Kebutuhan Dasar Rumah Tangga
Pada umumnya dasar kebutuhan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan minimum, antara lain pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi.
Kebutuhan dasar dalam rumah tangga dipahami dari berbagai sudut pandang, biasanya mencakup kebutuhan sehari-hari, sandang, perumahan, pelayanan kesehatan, dan pendidikan (Chamsyah, 2006 : 18).
BAPPENAS, hak-hak dasar keluarga antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dan bebas dari tindak kekerasan, mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki http://www.google.co.id).
Juga, Adisasmita, menyebut kebutuhan pokok manusia beragam, mulai dari pangan, sandang, pemukiman, sampai kepada kebutuhan kesehatan, pendidikan (2005 : 201).
Untuk konsumsi kebutuhan yang sangat mendasar dalam keluarga , Sembilan Bahan Pokok (Sembako) adalah sembilan jenis kebutuhan pokok masyarakat menurut keputusan Menteri Industri dan Perdagangan no. 115/mpp/kep/2/1998 tanggal 27 Februari 1998. Kesembilan bahan itu adalah: (1 ) Beras, (2) Gula pasir, (3) Minyak goreng & margarin, (4) Daging sapi & ayam, (5) Telur ayam, (6) Susu, (7) Jagung, (8) Minyak tanah, (9) Garam beriodium (http://id.wikipedia.org/wiki/Sembako).
Namun, orang dianggap miskin apabila tidak mampu memenuhi asupan kalori sebanyak 2.100 perhari. Sedangkan hasil survei Bank Dunia membuktikan lebih dari 100 juta orang di Indonesia masih melarat dalam pemenuhan konsumsi. (Majalah Trust, 2007 : 69).
Abraham H. Maslow mendasarkan teori yang sehat jiwanya yang dimulai dari kebutuhan fisik baru kebutuhan lainnya. Seperti berikut ini, yaitu ; pertama, kebutuhan fisiologis (minuman, makanan, seks, tidur, dan sebagainya). Dua, kebutuhan akan keamanan. Tiga, kebutuhan kemasyarakatan (disayangi, menyanyangi, diterima). Empat, kebutuhan akan harga diri (dihormati, dijunjung tinggi). Lima, kebutuhan akan aktualisasi diri (puas dalam usahanya, menemukan pribadinya dalam pekerjaanya, menikmati keindahan) (Maramis, 2005 : 54).
Dari teori di atas dapat dijelaskan bahwa manusia yang sehat jiwanya akan memenuhi kebutuhan yang paling mendasar yaitu hal utama sebelum ia memikirkan pemenuhan kebutuhan yang lain. Jika kebutuhan yang paling utama (makanan, minuman, tidur dll) tidak terpenuhi, sebaliknya kebutuhan lainnya dapat terpenuhi maka jiwa orang tersebut tetap tidak sehat.

Akibat Tekanan Finansial Mencoba Bunuh diri
Kata dasar tekanan adalah “tekan” yang berarti bertumpu pada sesuatu. Sedangkan tekanan adalah keadaan yang menekan yang didasari atas desakan yang kuat, paksaan, lebih tepatnya keadaannya tidak menyenangkan dan merupakan beban batin. Finansial adalah mengenai (urusan) keuangan. (KBBI, 2003 : 317, 1157).
Gregorius Sahdan, menyebut tekanan finansial, dimaksudkan adalah kemiskinan secara material. Dengan pengertian ini, maka seseorang masuk dalam kategori miskin apabila tidak mampu memenuhi standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat hidup secara layak. (http://www.google.co.id).
Sesuai definisi di atas, maka disimpulkan tekanan finansial merupakan suatu keadaan yang sangat diutamakan, terdesak dalam keuangan (miskin secara finansial) dalam memenuhi kebutuhan seperti konsumsi, barang dan jasa. Tekanan finansial dapat disebut salah satu karena kemiskinan secara materi.
Menurut Psikodinamika suicide, faktor penyebab percobaan bunuh diri memainkan peranan penting, umpamanya kehilangan kesehatan, kasih sayang, uang, pekerjaan, kebanggaan, kecantikan, status, kemerdekaan dan teman. Salah satu faktor tersebut adalah manusia yang mengalami perubahan ekonomi yang drastis juga lebih mudah melakukan percobaan bunuh diri (Maramis, 2005 : 434).
Dalam praktek konseling beberapa orang didapati karena kemerosotan keuangan, tidak jarang orang melakukan percobaan bunuh diri (Wright, 1985 : 131). Meyer juga menyatakan akibat tekanan ekonomi rasa kecemasan dan perasaan “downer” yang dapat mengarah pada kondisi depresi. Akibatnya orang cenderung berkeinginan untuk bunuh diri. Keinginan bunuh diri dikategorikan depresi berat, gejala awalnya adalah insomnia, perasaan sedih dan bersalah, sikap menarik diri dari sosial (2005 : 149,154).
Penelitian dan pengamatan terhadap orang-orang yang mengalami tekanan hidup atau depresi, salah satu faktor terbesar (60%) diakibatkan tekanan ekonomi. Flanders Dunbar pada tahun 1940an di New York, mengatakan jika tekanan semakin berat maka orang tersebut merasa tidak bahagia serta “mereka lebih suka mati daripada gagal” (Sehnert, 1981 : 39).
Jumlah kasus bunuh diri di indonesia selama semester pertama tahun 2004 sudah mencapai 92 0rang. Sebagian besar masalah bunuh diri diatas semua diakibatkan karena yang dihadapi adalah krisis keuangan di dalam keluarga (http://www.kompas.com).
Dalam masyarakat Konfusius, di Korea menyamakan kegagalan dengan kehinaan, karena itu, paling sedikit satu orang melakukan bunuh diri setiap harinya. Pada tahun 1997, jumlah orang yang bunuh diri diperkitakan 400 orang ketika kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari (Singh, 1998 : 121).
Di Swedia melakukan sebuah penelitian atas 85 orang (46 laki-laki dan 39 perempuan) tahun yang pernah melakukan percobaan bunuh diri dipengaruhi oleh tiga hal utama, yaitu gangguan kesehatan, keterpisahan dengan keluarga, dan masalah keuangan (Putra, 2007 : 73).
Dari uraian di atas, dapat di lihat bahwa tekanan dapat mengakibatkan orang depresi dan cenderung berkeinginan untuk bunuh diri. Keinginan bunuh diri dikategorikan depresi berat, gejala awalnya adalah insomnia, perasaan sedih dan bersalah, sikap menarik diri dari sosial.

Tekanan Finansial Bagi Ibu Rumah Tangga
Di Indonesia pada umumnya kebanyakan kaum ibu bertanggungjawab mengatur keuangan keluarga. Sehingga bila keluarga mengalami kesulitan dalam keuangan maka kebanyakannya kaum ibu yang lebih merasakan tekanan finansial itu.
Menurut, Hardjana, Ketidakseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan keluarga dalam memenuhi kebutuhan akan menimbulkan rasa cemas dan kekuatiran terhadap masa depan keluarga, sehingga biasanya para ibu rumah tangga lebih berpotensi untuk mengalami tekanan atau depresi (1994 : 82).
Sedangkan, Gunarsa, (Psikolologi Untuk Keluarga) mengatakan bahwa tekanan lebih banyak dirasakan oleh kaum ibu karena pada umumnya wanita berumah tangga, berperan ganda. Sesuai dengan sifat dasar wanita, yakni memelihara rumah tangga dan merawat anak, maka “ibu rumah tanggalah” yang diidam-idamkan. (1988 : 82).
Para pekerja, khususnya pekerja wanita, hanya, mempunyai sedikit pilihan dan upah yang minimum rendah. Selanjutnya, banyak keluarga menghadapi kesulitan ekonomi untuk biaya sekolah anak-anaknya. Pengetatan pinggang pun dilakukan bahkan melacurkan diri demi kelangsuangan hidupnya (1998 : 84).
Irwan, menyatakan penggunaan tenaga kerja perempuan yang dibayar kebih rendah dari pada tenaga kerja laki-laki. Penggunaan tenaga kerja perempuan merupakan fenomena yang umum di negeri-negeri yang berpenghasilan rendah, baik industrialisasi dan lainnya (2003 : 62).
Peranan Bimbingan Pastoral
Hubungannya dengan Bimbingan Sekuler
Peranan bimbingan pastoral dan hubungannya dengan bimbingan sekuler mempunyai alasan yakni bimbingan berdasarkan sekuler merupakan ilmu pendukung bimbingan pastoral. Gunarsa, mengatakan bahwa mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri konseli dalam menyelesaikan masalahnya (2000 : 11). Artinya jika pendidikan seseorang semakin tinggi maka semakin mudah dalam mengatasi masalah hidupnya karena bantuan dari ilmu atau pendidikan lainnya.
Van Beek, mengatakan psikologi berperan dalam memperhatikan pola pemikiran, emosi, motivasi, kepribadian dan kebutuhan psikis. Sedangkan bimbingan pastoral memperhatikan kehidupan spritualitas seseorang dalam kehidupannya (1987 : 142). Bimbingan berdasarkan sekuler diharapkan karena merupakan konsep-konsep ilmiah dalam mendeskripsikan masalah konseli dengan memperhatikan aspek-aspek seperti gambaran fisik, mental, dan spritualitas.
Pertanyaannya apa perbedaan bimbingan pastoral dengan bimbingan sekuler? Sebab kedua merupan bimbingan yang memberi pertolongan dalam menghadapi kesulitan manusia.
Bimbingan pastoral berangkat dari sabda Tuhan Yesus yang menjadi ukuran pembimbingan. Dalam Yohanes 10 : 11,14 dikatakan (Akulah Gembala yang Baik”). Makna gembala dipahami sebagai orang yang lemah lembut, yang berkenan menjadi pemelihara dan penolong. Bahkan seorang gembala yang baik bersedia menjadi “kurban” bagi yang digembalakan (Van Beek, 2000 : 7).
Stanley Heath, (dalam Gary Collins, Rebuilding of Psikologi, 1994 : 11-12) menyimpulkan bahwa psikologi sekuler terbatas dalam membimbing. Beberapa keterbatasan bimbingan sekuler yakni: pertama, lingkup bahasan psikologi hanya dibatasi pada apa yang diselidiki di laboratorium. Banyak hal seperti kasih dan kekecewaan merupakan pengalaman jiwani yang nyata dan wajib dipertimbangkan oleh para psikolog, sekalipun tak terinderai oleh pengamat.
Kedua, karena tidak mengakui adanya unsur adi alami dalam batin manusia atau pun masukan dari “atas”, psikologi sekuler memandang segala perasaan, pertimbangan, dan tindakan sebagai reaksi “sebab akibat” terhadap lingkungan. Pada hal rangsangan yang persis sama dapat menimbulkan respons yang berbeda-beda, sesuai pilihan orang bersangkutan. Ketiga, menimbang bahwa manusia yang diselidiki dirancang dan diciptakan oleh Allah, tentunya penjelasan Sang pencipta ialah tolok ukur kebenaran dari setiap ajaran psikologi.
Keempat, manusia terlalu kompleks untuk dijangkau dalam totalitasnya. Oleh sebab itu para penyelidik membagi manusia menjadi beberapa fungsi, yang diselidiki satu demi satu. Untuk itu, tidak ada satu pun penemuan yang menjelaskan manusia seutuhnya. Kelima, manusia adalah mahluk khusus yang hidup dalam dua alam, jasmaniah dan rohani. Kalau psikologi mengabaikan pengalaman adi alami, banyak dinamika batiniah manusia tidak akan dapat dimengerti.
Keenam, Setiap psikologi berlandaskan keyakinan tertentu tentang kodrat manusia. Firman Allah merupakan satu-satunya dasar antropologis yang memungkinkan mengenal dan mengerti manusia secara tuntas.
Perbedaan antara bimbingan pastoral dengan bimbingan sekuler terletak pada “ilmu dan Iman”. Ilmu manusia terbatas dalam segala bimbingan yang diterapkan, misalkan psikologi sekuler dalam objek penelitian hanya membahas sebagian dari sisi kemanusiaan dan mengabaikan dimensi manusia yang seutuhnya (rohani) yang “terhembusi napas Allah” (Kejadian 1,2). Sedangkan bimbingan berdasarkan iman memperhatikan sisi kemanusian dengan seutuhnya.
Heath, menjelaskan bahwa Alkitab merupakan suatu pemberitahuan dari pihak yang Mahatahu. Alkitab menyajikan suatu epistemologi yang konkret. Alkitab memperkenalkan Maha Pencipta yang bersabda, yang menciptakan lingkungan manusia dan memberikan penjelasan tentang ciptaan itu.


Bimbingan
Berikut ini akan dipaparkan tentang dua metode bimbingan untuk ibu rumah tangga yang mencoba bunuh diri akibat tekanan finansial yaitu : bimbingan pastoral dan bimbingan sekuler.

Bimbingan Menurut Pastoral
Bimbingan adalah hubungan timbal balik antara dua individu yaitu konselor dan konseli yang membutuhkan pengertian untuk mengatasi persoalan yang dihadapi (Collin, 1989 : 3).
Pastoral adalah berasal dari kata " pastor" dalam bahasa latin atau bahasa Yunani disebut "Poimen", artinya "gembala". Gembala memberikan pembinaan, pemberitaan firman Allah, pelayanan yang berhubungan dengan sakramen, pelayanan penyembuhan, pelayanan kepada masyarakat, menantikan dan menerima kehadiran serta partisipasi Allah, memberikan konseling pastoral (Beek, 2003 : 12).
Pelayanan pastoral merupakan memperkatakan tentang firman Allah, pemeliharaan Allah akan manusia. Pengertian yang biasa dipakai untuk pastorat ialah yakni; pelayanan kepada dan perhatian seorang terhadap yang lain yang mencakup manusia seutuhnya (tubuh, jiwa/roh). Selanjutnya memperhatikan situasi yang berbeda-beda sehingga berlangsung pertemuan dan percakapan. Bimbingan yang dilakukan berdasarkan iman kristiani yang terikat dalam persekutuan kristiani dan bersama-sama dengan pelayanan organisasi-organisasi lain (Abineno, 1999 : 14).
Sumber bimbingan ialah Tuhan Yesus sendiri, barang siapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum. Barang siapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup (Yohanes 7 : 37-38) (Martin dan Deidre Bobgan, 1994 : 281).
Menurut Jay Adam, bimbingan Kristen yang benar, Yesus Kristus haruslah menjadi inti berita dan dasar pelayanan. (Kolose 3 : 16) Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaan-Nya diantara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain (2000 : 26).

Bimbingan Menurut Sekuler
Beberapa ahli psikologi dan pendidikan, memberikan beberapa perumusan tentang definisi bimbingan seperti (kutipan Gunarsa dari A. J. Jones), Bimbingan merupakan pemberian bantuan oleh seseorang kepada seorang lain dalam menentukan pilihan, penyesuaian dan pemecahan permasalahan (Gunarsa, 2000 :11).
Menurut Gunarsa, bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang, agar memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki di dalam dirinya sendiri dalam mengatasi persoalan-perdoalan, sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggungjawab tanpa harus bergantung kepada orang lain (2000 :11).
Bimbingan menurut ilmu psikologis adalah menyediakan seorang ahli terapi untuk menemui seseorang atau satu pasangan untuk tujuan menolong. Sedangkan bimbing pastoral menurut Alkitab yakni mendorong keterlibatan orang lain dalam jemaat untuk mengadakan persabatan terus-menerus dan juga khusus pada saat membutuhkan (Martin dan Bobgan, 1994 : 273).
Menurut kedokteran jiwa bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis, khusus (spesifik) yang berhubungan dengan masalah kesehatan jiwa pasien agar ia lebih sanggup mengatasinya (Maramis, 2005 : 487).

Prinsip Bimbingan Pastoral
Pribadi yang membimbing adalah pribadi yang terdidik dan terlatih. Seorang pembimbing yang baik tidak menentukan jalan yang ditempuh seseorang, melainkan hanya membantu dalam menemukan dan menentukan sendiri jalan yang akan ditempuhnya (Gunarsa, 2000 : 12).
Selanjutnya, prinsip utama bimbingan alkitabiah adalah seseorang yang mendekatkan diri kepada Allah melalui kasihnya yang mencakup belaskasihan maupun kebenaran dan dinyatakan melalui firman-Nya dan Roh kudus-Nya. Sumber bimbingan ialah Tuhan Yesus sendiri, barang siapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum. Barang siapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup (Yohanes 7 : 37-38) (Martin dan Bobgan, 1994 :127, 281).
Jay Adam, menyebut bahwa prinsip bimbingan Kristen yang benar, meneliti Alkitab untuk menemukan jalan yang diberikan Kristus tentang membimbing orang dalam masalah pribadinya (2000 : 26).

Tujuan Bimbingan Pastoral
Tujuan bimbingan Kristen adalah menolong memudahkan adanya pertemuan antara orang yang dibimbing dengan Allah, dan di dalam pertemuan itu kehendak Allah yang penuh kasih karunia menjadi terlaksana (Martin dan Bobgan, 1996 : 88).
Sedangkan fungsinya adalah memberitakan firman Allah dengan teliti, secara nyata, mengerjakannya dan melihat hasil pelayanannya, artinya menyembuhkan manusia seutuhnya. Sebab manusia merupakan satu-kesatuan dari tubuh, roh, dan jiwa agar memiliki hubungan dengan sesama manusia, terutama mempunyai relasi dengan Allah. Perhatian selanjutnya menuntun orang tersebut menyadari kesalahannya dan mampu melihat hidup yang lebih bermakna. (Abineno, 1999 : 48).



Metode Bimbingan
Hal pertama yang penting dilakukan dalam membimbing mengadakan “perjanjian” dengan orang yang mau mencoba bunuh diri. Janji yang dimaksudkan disini merupakan bentuk bersedia dibimbing (Kieser, 1984 :115). Dengan diadakannya perjanjian maka konselor berhak menentukan metode bimbingan.
Sikap atau gaya dalam diri pembimbing untuk menolong orang yang sedang melakukan percobaan bunuh diri menurut ilmu kedokteran jiwa, menunjukkan perhatian terhadap keluhan klien yakni, mengikuti dengan sabar cerita pasien tentang gangguannya, mengajak pasien mengutarakan isi hatinya, meyakinkan penderita sedapat-dapatnya tentang kemampuannya sendiri dalam proses penyembuhan (Maramis, 2005 : 450).
Sedangkan bahan atau sarana yang digunakan pembimbing dengan mempersiapkan dan memperkatakan ayat-ayat dalam Alkitab untuk menjawab masalah konseli (1996 : 30).
Martin dan Bobgan, dalam bukunya “Bimbingan Berdasarkan Firman Allah“ bahwa Yesus Kristus sanggup menyelesaikan setiap masalah manusia. Yesus membawa kesembuhan dengan kasih-Nya yang memelihara dan menopang. Ia peka terhadap kebutuhan orang dan mengerti masalah-masalah kehidupan. Ia rindu untuk melayani setiap orang dengan kekuatan-Nya dan kasih-Nya, karena Ia berkata: (1996 : 29-36).
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwaku akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan” (Matius 11 : 28-30).
Lebih lanjutnya, ia mengatakan bahwa pembimbing merupakan manusia terbatas dan punya kebutuhan. Ia menyarakan pembimbing mengajak konseli berharap kepada Yesus melalui kehadirannya digereja dan pembimbing hanyalah sebagai alat untuk membantu menyelesaikan masalah.
Berikutnya, gereja memberikan kesempatan bagi perubahan sikap manusia melalui tiga tingkat pelayanan mendasar : pertama, pelayanan kelompok besar. Penyembahan dan penyampaian firman Allah merupakan aktivitas gereja. Sebab jika pengajaran dan khotbah benar-benar didasarkan atas Alkitab dan dikomunikasikan dalam kasih, maka konseli akan bertumbuh secara rohani. Kedua, pelayanan kelompok kecil. Adakalanya pelayanan pribadi terjadi dalam kelompok-kelompok kecil dalam gereja. Kelompok-kelompok ini, dipusatkan pada kasih Allah, pengajaran firman Allah, persekutuan yang saling memperhatikan dan memperdulikan, saling menanggung beban, dan saling mendoakan satu sama lain.
Ketiga, pelayanan antar pribadi. Di samping konseli menjadi pengunjung tetap dalam kebaktian gereja dan keterlibatan dalam kelompok kecil, konseli yang sedang menghadapi masalah harus ditolong untuk menemukan hubungan antar pribadi yang berarti dalam gereja sehingga dukungan dapat diberikan.
Bimbingan pastoral (alkitabiah) paling sedikit melibatkan tiga pribadi; Allah, orang yang mencari pertolongan dan pembimbing melayani dengan belas kasihan dan kebenaran Allah. Metode ini ditawarkan dengan pengertian bagaimana Allah bekerja dalam kehidupan seseorang.
Metode bimbingan alkitabiah. Seorang pembimbing alkitabiah mempergunakan masalah-masalah kehidupan sebagai sarana untuk membawa orang lebih dekat kepada Allah. Bobgan, memberikan lima asumsi yang melandasi prinsip dasar ini : pertama, perubahan yang mula-mula terjadi melalui iman. Ketika seorang menjadi anak Allah, ia menjadi ciptaan baru yang didiami oleh Roh kudus (Roma 8 : 9-15). Kedua, jika seseorang menerima hidup baru maka akan hidup di dalam Roh, (Galatia 5 : 22:23).
Ketiga, sumber pengenalan akan semua situasi kehidupan ialah adanya persekutuan dengan Allah (II Petrus 1 : 1-4). Keempat, karena seorang Kristen adalah ciptaan di dalam roh, maka hanya Alkitab yang dapat menggambarkan dia dengan tepat (Model manusia, Mazmur 94 : 8-11; Ibrani 4 : 12:13) dan menunjukkan bagaimana harus hidup (metodologi perubahan, Kisah Para Rasul 20 : 32; I Tesalonika 2 : 13). Kelima, satu doktrin alkitabiah yang pokok tentang pendekatan rohani adalah pergumulan antara kasih dan ketuhanan Allah (hidup menurut Roh) dan kasih serta ketuhanan pribadi (hidup menurut daging) (Roma 7 : 14-25).
Selanjutnya, ketika seseorang menemui masalah-masalah kehidupan, tekanan-tekanan dan kecenderungan bunuh diri, maka pendekatan bimbingan yang Alkitabiah diterangkan dalam beberapa aspek-aspek yakni :
Pertama, Penciptaan ; Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang memiliki : Sifat rohani, karena sifat dasar manusia adalah rohani dan diciptakan untuk hidup dalam persekutuan dengan Allah, masalah-masalah dipandang sebagai masalah rohani dan cara penyelesaiannya adalah persekutuan dengan Allah. Dalam kerohanian ada keunikan, tidak ada dua orang yang persis sama, karena itu Allah akan melayani setiap orang secara pribadi. Selain itu, Allah memberikan kehendak bebas dan tanggungjawab, tetapi Allah menuntut pertanggungjawaban atas pikiran, perkataan, dan tingkah laku.
Kedua, keterpisahan : keterpisahan dengan Allah dimaksudkan adalah manusia telah jatuh kedalam dosa dan akibatnya manusia menjadi menderita karena tidak percaya kepada Allah, pengharapan yang salah yakni kepada diri sendiri, kasih diselewengkan, lebih mengasihi diri sendiri dari pada Allah.
Aspek yang ketiga, memulihkan : memberikan pengertian bahwa Kristus menyediakan segala yang diperlukan untuk memulihkan permasalahan, mengampuni dosa dan menyelamatkan manusia melalui iman kepada Yesus Kristus yang rela disalibkan, mati dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Sehingga setiap orang yang percaya akan beroleh hidup yang baru (Roma 6 : 4).
Untuk memulihkan masa-masa krisis, Crabb, mengemukakan pengenalan akan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang memberi jalan keluar masalahnya serta meminta klien bertanggung jawab terhadap masalahnya.
Inti bimbingan ini, yaitu mengakui dosanya dan berbalik dari dosa tersebut dengan penuh kesadaran dan ketegasan. Sehingga dapat diketahui bahwa Roh Kudus yang berdiam di dalam orang percaya akan menyediakan kekuatan (Crabb, 1999 : 128).
Penulis mengambil bimbingan berdasarkan metodologi alkitabiah karena masalah-masalah kehidupan memberikan kesempatan bagi pertumbuhan rohani. Orang percaya perlu mengetahui dan mengerti bahwa masalah-masalah memberikan motivasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan memilih hidup menurut Roh (Yak. 1 : 2-5).
Selanjutnya, dalam bimbingan pastoral melibatkan pribadi Roh Kudus sebagai pemberi jalan keluar yang tidak terbatas dan pembimbing hanyalah pemberi petunjuk yang mengarahkan mendekatkan diri kepada Yesus. teknik sekuler terbatas dalam segala bimbingan yang didasarkan hanya pada teknik dan sementara.


Bimbingan berdasarkan alkitabiah bukan hanya menarik seseorang mendekatkan diri kepada Yesus tetapi mengenal “persekutuan di dalam penderitaan” karena kasih Allah, artinya mampu mengahadapi penderitaan tanpa harus mencoba bunuh diri.



BAB III
DATA-DATA IBU RUMAH TANGGA YANG TELAH DAN MENCOBA BUNUH DIRI

Dalam bab ini, penulis menyajikan data-data secara berurutan mengenai kasus ibu rumah tangga yang telah dan mencoba bunuh diri akibat tekanan finansial yakni 10 orang telah bunuh diri dan 10 orang mencoba bunuh diri.
Asnan, seorang Sarjana Sosiologi mengatakan kasus bunuh diri penyebabnya bukan tunggal. Banyak faktor yang melingkupi kasus bunuh diri di Indonesia. Semuanya saling terkait dari masalah sosial, budaya dan ekonomi. Namun tidak sedikit orang yang telah dan mencoba melakukan bunuh diri akibat krisis ekonomi (2007 : 23).
Salah satu Koran, (Rakyat Merdeka, Rabu 10 Oktober 2007) memuat tentang 50 Ribu Orang Indonesia Bunuh Diri Tiap Tahun (lihat lampiran 1)

Data-data Telah Bunuh Diri
Berikut ini akan diuraikan contoh kasus ibu rumah tangga yang telah bunuh diri akibat tekanan finansial yang dihimpun dari beberapa media massa.
Kasus pertama, Tempo, “Biang Bunuh Diri, Harta Miskin Iman Miskin” akibat tidak mampu membiayai sewa rumah kontrakan, Ropingah, 30 tahun, warga Dusun Ngelo, Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, nekad bunuh diri dengan cara membakar diri bersama dua anaknya. Ropingah tewas bersama Hasbi Novid, anaknya yang baru berumur 1 tahun. Menurut salah satu tetangga korban, Ropingah sering menceritakan niatnya setiap kali pulang dari kerja (Majalah TEMPO, 2007 : 5).
Kasus kedua, (Kompas, “Krisis Harga, Pedagang Gorengan memilih bunuh diri”) Beberapa ibu rumah tangga sibuk menata kue di rumah Nuriah (40) di Kampung Cidemang, Kelurahan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten, Selasa (15/1) siang. Ibu-ibu itu menyiapkan makanan untuk acara doa bersama berkait meninggalnya Siti (45), Sehari sebelumnya, Siti nekat gantung diri hingga tewas di sebuah kamar kosong di rumahnya. Sehari-hari Siti bekerja sebagai pedagang gorengan di Pasar Badak, tepatnya di tepi Jalan Raya A Yani. Belakangan ini, kata suaminya, pendapatannya semakin menurun. Siti tambah tertekan saat minyak tanah sulit di dapat dan harganya melambung. Apalagi kenaikan harga minyak tanah bersamaan dengan melonjaknya harga sejumlah bahan pangan, seperti tepung terigu, tepung tapioka, tahu, tempe, sayuran, dan minyak goreng.
Menurut Enjen, penjual minyak tanah, beberapa waktu terakhir Siti memang mulai kesulitan membayar minyak tanah. Nurdin tetangganya menceritakan, sebelum Siti bunuh diri, ia pernah mengeluh selalu merugi. "Modal yang dikeluarkan Rp 50.000 sehari, tetapi pendapatannya cuma Rp 35.000. Menurut hasil penyelidikan Polisi, Siti bunuh diri karena tekanan ekonomi diperkuat hasil visum di Rumah Sakit Umum Daerah Pandeglang. "Tidak ditemukan adanya bekas kekerasan fisik sehingga kasus itu murni merupakan bunuh diri. Besar kemungkinan penyebabnya adalah tekanan ekonomi," ujar Kepala Kepolisian Resor Pandeglang Ajun Komisaris Besar Mamat Surahmat. (2008 : 3).
Kasus ketiga, “Bunuh Diri: Hopeless atau Helpless?” Di kampung Kanutan, Pugeran, Pathok, Gunung kidul, Yogyakarta, seorang ibu rumah tangga tewas tergantung dengan menggunakan tali pramuka di dalam kamarnya, Jumat (24/9/2006) pagi. Korban yang diidentifikasi bernama Dede binti Ardi (37) itu ditemukan tewas tergantung oleh suaminya, Ujang Supriatna (44). Berdasarkan keterangan anak korban, Diah (20), ibunya sempat berbicara pada dirinya sebelum tega menghabisi nyawanya sendiri ditiang plafon kamarnya itu. Menurut pengakuan Diah, ibunya merasa tak tahan terhadap himpitan ekonomi keluarga yang tengah dililit utang. Penghasilan suaminya sebagai tukang jahit dirasa masih belum cukup untuk menambal kebutuhan keluarganya (http://www.Urang-Sunda.or.id).
Kasus keempat, Kompas, “Bunuh Diri, Metamorfosis Kemiskinan” Nita (34), ibu rumah tangga yang tengah hamil empat bulan, tewas setelah menelan racun serangga di kamar mandi rumah kontrakannya di Kampung Pinggir Rawa RT 03 RW 03, Bekasi Jaya, Bekasi Timur. Kepada suaminya pelaku sempat mengeluhkan kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan. Sehingga mereka tak mampu membiayai sekolah anak perempuan mereka yang baru lulus sekolah dasar (SD) (2007 : 5)
Kasus kelima, “Bunuh diri dan Ekonomi Keluarga” Sehari kemudian, Sari (32), ditemukan tewas tergantung di tiang pintu kamar kontrakannya dengan sehelai kain sarung di Kampung Panembong Kaler, Desa Mekarsari, Kecamatan Cianjur Kota. Pelaku diduga nekat mengakhiri hidupnya karena tak tahan menghadapi kesulitan ekonomi rumah tangga (Suara Pembaharuan, 2007 : 4).
Kasus keenam, “Mengapa Bunuh diri” Masih pada bulan yang sama, Marni (21), warga RT 010 RW 009 Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, tewas gantung diri di plafon kamar tidurnya dengan menggunakan seprai warna merah bermotif kembang-Kembang. Pelaku mengalami tekanan ekonomi karena dikeluarkan dari pekerjaannya (Jurnal Keluarga, 2007 : 4).
Kasus ketujuh, “Jumlah Angka Bunuh Diri Meningkat” Sulastri (37) juga ditemukan tewas tergantung di rumah orangtuanya di Jalan Banteng RT 02 RW 02, Kranji, Bekasi Barat pada September lalu. Ibu satu anak yang sudah menganggur satu tahun itu nekat mengakhiri hidupnya akibat tidak dapat membayar Kredit perumahannya (Pikiran Rakyat, 2007 : 4).
Kasus kedelapan, “Mereka dan Penyebab Bunuh Diri” seorang ibu tangga bernama Ratna (42), warga Wringinjajar RT 3 RW 1, Mranggen, Demak, nekat bunuh diri dengan menabrakkan diri ke kereta api (KA) yang sedang lewat di kawasan Brumbung-Jamus, pada 9 November lalu. Pelaku diduga stres karena terlilit utang arisan kepada sejumlah orang (Kompas, 2007 : 4).
Kasus kesembilan, “Dilarang Bunuh Diri” Kasus yang masih hangat terjadi di Madura, yaitu isteri Harmoko bernama Yunita (40) dalam keadaan tewas minum racun akibat tidak dapat membayar utangnya kepada suatu bank perkreditan rakyat. Polisi mengindikasikan bahwa sang isteri yang terlebih dahulu menulis surat kepada suaminya dan selanjutnya disusul dengan tindakan menghabisi nyawanya sendiri (http://www.Riaupos).
Kasus kesepuluh, “Kecemasan Rumah Tangga Indonesia” berita di halaman depan harian ini (Antara News, 16/12/2007) tentang seorang ibu, Minah (30) nekat membakar diri bersama dua anaknya, Galang Ramadhan (6) dan Galuh (4). Diduga karena frustrasi akibat tekanan ekonomi, Peristiwa mengenaskan itu dilakukan Minah di rumah kontrakan mereka di Kelurahan Lagoa, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Rabu (15) dini hari. Akibatnya, Minah meninggal pukul 07.00 setelah dirawat di Rumah Sakit Koja, Jakarta Utara. Suaminya, Ahfud (32), mengatakan kemiskinan yang mengimpit rumah tangga mereka penyebab Istrinya bunuh diri (2007 : 5).
Beberapa media massa di atas telah memberitakan bahwa jumlah angka yang telah bunuh diri pada ibu rumah tangga tidak berkurang. Data-data di atas menunjukkan bahwa tidak sedikit yang telah melakukannya. Untuk itu krisis finansial dapat dilihat sebagai ancaman khususnya bagi orang yang sering mengalami tekanan finansial. Biasanya, apabila orang sering mengalami tekanan maka pikiran negatif pun bisa muncul, seperti telah benar-benar bunuh diri hingga tewas.
Kasus diatas dapat dilihat dari tabel yang disederhanakan, yakni tabel ibu rumah tangga yang telah bunuh diri, berikut ini :
No Nama korban Lokasi Jenis Kelamin Sumber Keterangan
1 Ropingah Dusun Ngelo, Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman Ibu rumah tangga Majalah tempo, 2007 : 5
Bunuh diri hingga tewas karena tidak sanggup membayar sewa kontrakan
2 Siti Kampung Cidemang Kelurahan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten, Ibu rumah tangga Kompas, 2008 : 3 Gantung diri hingga tewas karena tingginya harga sembako dan jualan merugi
3 Dede binti Ardi Di kampung Kanutan, Pugeran, Pathok, Gunung kidul, Yogyakarta
Ibu rumah tangga http://www.U rang- Sunda.or.id
Gantung diri hingga tewas karena tidak tahan dililit utang
4 Nita Di kampung Pinggir Rawa RT 03 RW 03, Bekasi Jaya, Bekasi Timur Ibu rumah tangga Kompas, 2006 : 4 Tewas setelah menelan racun serangga karena tidak mampu membiayai sekolah anaknya
5 Sari Di kampung Panembong Kaler, Desa Mekarsari, Kecamatan Cianjur Kota Ibu rumah tangga Suara Pembaharuan, 2007 : 4 Gantung diri hingga tewas karena himpitan ekonomi
6 Marni Warga RT 010 RW 009 Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat Ibu rumah tangga Jurnal Keluarga, 2007 : 4 Gantung diri hingga karena Putus Hubungan Kerja (PHK)
7 Sulastri Di Jalan Banteng RT 02 RW 02, Kranji, Bekasi Barat Ibu rumah tangga Pikiran Rakyat,
2007 : 4 Gantung diri hingga tewas karena tidak mampu membayar kredit rumah
8 Ratna warga Wringinjajar RT 3 RW 1, Mranggen, Demak, Ibu rumah tangga Kompas, 2007 : 4 Menabrakkan diri hingga tewas ke kereta api yang sedang lewat karena terlilit utang arisan
9 Yunita Di Madura Ibu rumah tangga http://www. Riau pos Tewas minum racun karena tidak mampu membayar utang
10 Minah Di Kelurahan Lagoa, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Ibu rumah tangga Antara News, 2007 : 5 Bakar diri hingga tewas karena kemiskinan
Tabel 3.1. Ibu rumah tangga yang telah bunuh diri

Data-data yang Mencoba Bunuh Diri
Berikut ini akan diuraikan contoh kasus ibu rumah tangga yang mencoba bunuh diri akibat tekanan finansial yang dihimpun dari beberapa media massa.
Kasus pertama, Suara Pembaruan, “Terhimpit Ekonomi, Ibu dan Tiga Anak Coba Bunuh Diri”. Rubiyem berusia 32 tahun berniat bunuh diri bersama 3 anaknya. Namun nyawa Rubiyem dan tiga anaknya berhasil diselamatkan tetangga dan para medis. Tiga anaknya diajak pula menenggak racun serangga. Menurut penuturan Mujiono (suami), Rubiyem meminta uang belanja. Namun saat itu, dia hanya mengantongi uang Rp 10.000. Kondisi itu terjadi setiap hari, Mujiono kebingunan memenuhi permintaan sang istri. Suharno (38) famili Rubiyem, menduga percobaan bunuh diri itu dilakukan karena Rubiyem tidak kuasa menanggung beban kemiskinan dan tidak memiliki pekerjaan sampingan (http://www.suarapembaharuan.com).
Kasus kedua, Senin, 26 Maret 2006, “Mengatasi Toksik Bunuh Diri” seorang ibu di Malang, Halimah (31) Jatim, coba bunuh diri dengan cara membakar diri. Diduga mengalami stres berat, karena himpitan persoalan ekonomi, yang terus mendera. Tetapi karena tangisan anaknya, warga berhasil menggagalkan niat Halimah (Suara Merdeka, 2006 : 3).
Kasus ketiga, “Memulihkan Depresi, Mencegah Bunuh Diri” Seorang ibu rumah tangga bernama Sakinah, Jumat 4 Februari 2005 mengaku pernah mencoba bunuh diri, tetapi gagal. Ia mengaku mengaku tidak dapat membayar uang sekolah anaknya yang sudah menunggak, beberapa kali percobaan telah dilakukan tetapi hal itu tidak dilakukan. Dengan pasti, ia tidak bertindak melakukan bunuh diri karena ia merasa sering "mendengar" suara-suara untuk tidak melakukan bunuh diri (http://www.keluargasehat.com).
Kasus keempat, “Atasi Depresi, Cegah Bunuh Diri” Jasih (30 tahun), ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Putat, Sedong, Kabupaten Cirebon. Mahfud (32 tahun), suaminya, yang hanya bekerja sebagai kuli serabutan tak cukup kuat menopang ekonomi keluarga dengan dua anak ini. Beban ekonomi pun menghimpit mereka. Tak kuat dengan himpitan itu, Jasih yang tengah hamil menjadi putus asa. Pada 17 Desember 2004, Jasih nekat minum racun serangga dan obat penenang bersama kedua anaknya, Galang (7 tahun) dan Galuh (4,5 tahun). Wanita berusia 30 tahun ini dilarikan ke rumah sakit karena mencoba bunuh diri dengan meminum racun serangga dan belasan tablet obat penenang. (www.republika.co.id/koran).
Kasus kelima, “76 Kasus Bunuh Diri karena Miskin” Di duga akibat kemiskinan, Sarmita, 31 tahun, warga Dusun Ngelo, Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, nekat membakar diri bersama dua anaknya. Suminah berhasil diselamatkan warga bersama Tere, anaknya yang baru berumum 2 tahun. Adapun, anak satunya lagi, muklin, 8 tahun, selamat dengan luka bakar serius. Mereka dirawat di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta. Kepala Poslek Ngaglik, Ajun Komisaris Suradiono, membenarkan penyelidikan kasus ini akibat tidak mampu membayar tunggakan arisan bulanan ( Tempo, 2007 : 4).
Kasus keenam, “Cerminan Masyarakat Bingung”di Jakarta Utara dilaporkan, Andina, ibu muda yang tengah hamil empat bulan, Selasa 14 -02 2007. Nekat minum Baigon bersama janin yang dikandungnya akibat tidak mampu melunasi utang kepada seorang rentenir senilai Rp 4.500.000. Beruntung pihak rumah sakit berhasil mengeluarkan cairan Baigon dari tubuh Andini. laporan berikut dinyatakan Andini melakukannya karena beban piutangnya (Suara Pembaharuan, 2007 : 5).
Kasus ketujuh, “Yang Miskin Yang Bunuh Diri”seorang ibu bernama Lasmin di Kediri, Jawa Timur nekat sudah beberapa kali melompat ke dalam sumur. Perempuan itu berhasil diselamatkan oleh ayahnya yang kebetulan hendak mengambil air sumur. Ketika tubuh Lasmin diangkat oleh para tetangga, "Beberapa hari berikutnya diminta keterangan termasuk ayah kandung menyebutkan, Lasmin di PHK (Putus Hubungan Kerja) sehingga kesulitan membiayai ekonomi rumah tangga. (Antara News, www.antara.co.id).
Kasus kedelapan, “Bunuh Diri Butuh Biaya” Kasus memilukan terjadi di Malang. Diduga tak kuat menanggung biaya rumah tangganya, Sebelum menenggak racun, Marinah terlebih dulu memberi minum racun pada anak-anaknya. Marinah diketahui mencoba mengakhiri hidupnya dengan cara minum potas dan pil, Sabtu (10/3) malam. Nyawanya berhasil diselamatkan, dari hasil laporan, terpaksa dilakukan karena tak kuat menahan beban hidup dan kemiskinan yang dipikul selama ini. (mhttp://www.surya.co.id/web/index.php)
Kasus kesembilan, “Ibu Coba Bunuh Diri, Dua Putrinya Tewas” Warga Perumahan Taman Jaya Asri Suratno, Batam. Seorang suami yang baru pulang kerja, menemukan istrinya Estimar (35) tergantung di kusen pintu kamar. Sedangkan dua anaknya tergeletak di lantai dengan leher bekas dijerat dan sudah tidak bernyawa lagi. Polisi menduga, wanita itu mencoba bunuh diri. Namun nyawa wanita itu berhasil diselamatkan. Belum diketahui siapa pembunuh kedua bocah malang itu dan apa motif kejadian itu. Menurut penuturan Tiyas (27), tetangga korban yang ikut membantu menurunkan Estimar dari tali gantungan, Estima sering mengeluh tidak bisa membayar biaya persalinan.
Kasus kesepuluh, “Nasib Malang Si Ratu Rumah Tangga“ Di desa Sirnajaya, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, suami istri yang menghadapi kesulitan ekonomi bahkan menempuh jalan pintas. Mereka mencoba bunuh diri bersama dengan cara minum racun tikus. Sabtu (12/5/2006). Sepasang suami istri yang nekat mencoba bunuh diri itu adalah Sinad (45) dan istrinya, Tumirah (45). Keduanya dilarikan ke rumah sakit, setelah menyelidiki peristiwa tersebut, Kepala Polsek Serang Ajun Komisaris Badari yang ditemui Kompas, membenarkan kejadian tersebut. (Kompas, 2006 : 4).
Dari serangkaian kasus yang tergambar di atas, jelaslah bahwa salah satu faktor percobaan bunuh diri adalah akibat tekanan finansial. Tindakan percobaan bunuh diri pada data ini, khususnya pada ibu rumah tangga menggambarkan pentingnya bimbingan supaya hidupnya semakin berkualitas. Sebab, angka bunuh diri berbanding lurus dengan kualitas hidup. Semakin berkualitas hidup seseorang maka semakin jauh baginya untuk mengambil tindakan bunuh diri.
Kasus di atas dapat dilihat dari tabel yang disederhanakan, yakni tabel ibu rumah tangga yang mencoba bunuh diri, berikut ini :
No Nama korban Lokasi Jenis Kelamin Sumber Keterangan
1 Rubiyem Ibu rumah tangga http:/www.suarapembaruan.com).
Coba bunuh diri karena tidak cukup uang belanja
2 Halimah Di Malang, Jatim Ibu rumah tangga Suara Merdeka, 2006 : 3
Coba bakar diri karena persoalan ekonomi
3 Sakinah _ Ibu rumah tangga Setiawan, http: //www.keluar gasehat.com
Beberapa kali pernah mencoba bunuh diri karena tidak mampu membiayai sekolah anak
4 Jasih di Desa Putat, Sedong, Kabupaten Cirebon Ibu rumah tangga www.republia.
co.id/Koran

Coba bunuh diri karena kesulitan ekonomi
5 Sarmita _ Ibu rumah tangga Tempo, 2007 : 4
Mencoba bakar diri karena tidak mampu bayar arisan
6 Andina di Jakarta Utara Ibu rumah tangga Suara Pembaharuan, 2007 : 5
Mencoba bunuh diri dengan cara minum cairan baigon karena utang
7 Tarminah di Kediri, Jawa Timur Ibu rumah tangga ANTARA News, www.antara.co.id, Mencoba bunuh diri karena di PHK
8 Marinah di Malang Ibu rumah tangga mhttp://www.surya.co.id/web/index.php) Mencoba bunuh diri dengan cara minun racun karena kemiskinan
9 Estima Perumahan Taman Jaya Asri Suratno, Batam Ibu rumah tangga http://www.ibintan.com Coba bunuh diri karena tidak cukup biaya persalinan
10 Tumirah Didesa Sirnajaya Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi Ibu rumah tangga Kompas, 2006 : 4
Coba bunuh diri dengan cara minum racun tikus karena kesulitan ekonomi
Tabel 3.2 . Ibu rumah tangga yang mencoba bunuh diri
Banyak cara untuk membinasakan hidup atau bunuh diri, antara lain bakar diri, minum racun, lompat ke dalam sumur, gantung diri dan sebagainya. Data ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa telah dan mencoba bunuh diri karena tekanan finansial menjadi salah satu faktor.

Telah Bunuh Diri dan Hubungannya
Percobaan Bunuh Diri
Alasan penulis mengikutsertakan mengumpulkan data-data ibu rumah tangga yang telah melakukan bunuh diri yakni supaya bimbingan terhadap orang yang mencoba bunuh diri dinggap serius. Sebab niat bunuh diri dapat mengakibatkan telah bunuh diri hingga tewas. Seperti pendapat Asnan, tidak sedikit orang telah melakukan bunuh diri khususnya akibat tekanan finansial.
Memang tidak setiap rencana percobaan bunuh diri berakhir dengan kamatian. Tetapi sedikit rencana percobaan bunuh diri berakhir dengan kematian. Wraight, membenarkan bahwa, rencana bunuh diri merupakan usaha yang pertama atau sudah berulang kali dilakukan. Jika orang itu telah berulang kali melakukan usaha bunuh diri, maka kemungkinan besar pada suatu saat ia berhasil dan benar-benar bunuh diri (1993 : 144).
Untuk itu, orang yang mencoba bunuh diri pernah menyampaikan keinginan mereka pada orang lain sebelum bertindak. Jika ada ancaman dan isyarat mengenai bunuh diri maka harus di tanggapi lebih serius karena kebanyakan tindakan mendahului dengan peringatan.
Orang yang melakukan bunuh diri karena sebelumnya orang tersebut telah berulang kali telah berkeinginan untuk membunuh seseorang. Menninger, mengatakan, bunuh diri sebagai tindakan pembunuhan yang terbalik karena adanya kemarahan seseorang terhadap yang lain. Tiga komponen dalam bunuh diri yaitu keinginan untuk membunuh, keinginan untuk dibunuh, dan keinginan untuk mati (bunuh diri) (Putra, 2007 : 30-31).
Untuk itu, sangat penting bimbingan terhadap orang yang mencoba bunuh diri. Kalau pun ia tidak jadi membunuh diri sendiri tetapi orang lain menjadi dampaknya yaitu “dibunuh”.












BAB IV
BIMBINGAN PASTORAL BAGI IBU RUMAH TANGGA YANG MENCOBA BUNUH DIRI AKIBAT TEKANAN FINANSIAL

Dalam bab ini penulis membahas beberapa analisa faktor-faktor tekanan finansial yang membawa ibu rumah tangga mencoba bunuh diri serta usulan langkah-langkah bimbingan pastoral.

Analisis Faktor-Faktor Tekanan Finansial
Data di dalam bab III ibu rumah tangga yang mencoba bunuh diri ditunjukkan karena ketidakcukupan uang belanja, persoalan ekonomi, tidak mampu membiayai sekolah anak, kesulitan ekonomi, Di PHK (putus Hubungan Kerja) tidak mampu membayar arisan (utang), karena kemiskinan, tidak cukup biaya persalinan.
Tekanan finansial ialah seseorang mengalami kesulitan mendapatkan uang guna memenuhi segala keperluannya. Faktor-faktor tekanan finansial ada dua hal yakni, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ialah menyangkut bagian dalam (tubuh, diri sendiri dsb) Faktor eksternal ialah menyangkut bagian bagian luar (tubuh, diri sendiri, dsb) (KBBI, 2003 : 439, 291).


Faktor Internal
Yang tergolong dalam faktor internal antara lain : ketidakcukupan uang belanja, tidak mampu membiayai sekolah anak, tidak mampu membayar utang, tidak cukup biaya persalinan. Contohnya dalam kasus keenam bab III, Andina mencoba bunuh diri karena utang.
Ada pun penyebab faktor internal adalah karena menganggurkan diri, kemalasan, pemborosan, kebodohan dan sikap kurang kreatif sehingga mereka tidak mampu membiayai kebutuhan rumah tangganya. Contohnya ; di bidang internal (malas sekolah dan malas belajar) rendahnya tingkat pendidikan dapat mempengaruhi rendahnya tingkat pendapatan. Karena tenaga kerja yang diserap di sektor jasa akan lebih banyak dari orang yang memiliki pendidikan formal (keterampilan).

Faktor Eksternal
Yang tergolong faktor eksternal adalah di PHK. Hal ini terjadi karena situasi dari luar diri individu yang menekan seseorang yakni mem-PHK sehingga kesulitan mendapatkan uang. Contohnya dalam kasus ketujuh bab III, Tarminah mencoba bunuh diri karena di PHK.
Dari data-data tentang ibu rumah tangga yang mencoba bunuh diri didapati faktor internal (utang) dan faktor eksternal (di PKH). Kedua faktor inilah yang menyebabkan mereka kesulitan mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhannya.

Pola Depresi yang Mencoba Bunuh Diri
Manusia secara individu maupun kelompok, banyak menghadapi masalah ekonomi. Masalah tersebut timbul sebagai akibat dari tidak sesuainya jumlah kebutuhan manusia apabila dibandingkan dengan jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia (Sukirno,1978 : 3). Namun tidak semua orang karena mengalami tekanan finansial lalu mencoba bunuh diri.
Hutang ialah kewajiban untuk membayar apa yang sudah dipinjam. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan (KBBI, 2003 : 1256, 1266). Dari data tersebut didapati ibu tersebut mempunyai hutang yang harus/wajib dibayar. Masalahnya hutang tersebut tidak dapat dibayar dan memilih mencoba bunuh diri. Selanjutnya karena di PHK ibu tersebut mencoba bunuh diri.
Seseorang yang terus-menerus kuatir dan tertekan maka cenderung berpikir untuk melakukan bunuh diri (Narramore, 1996 : 11). Demikian juga jika hutang dan di PHK merupakan kekuatiran yang menekan terus-menerus maka mereka cenderung melakukan bunuh diri.
Kekuatiran dan tekanan yang terus-menerus adalah pola depresi tingkat tinggi. Bagi kalangan ahli di bidang psikologi menarik kesimpulan bahwa suatu sebab yang mengkuatirkan atau terus–menerus lalu mencoba bunuh diri di sebut dengan depresi tingkat tinggi. (Fadilah, 2007 : 29,30). Demikian para ahli kejiwaan mengatakan, tindakan bunuh diri disebabkan oleh karena depresi berat (Muhammad Rais, 2007 : 70).
Jadi pola depresi yang menimbulkan pola pikir negatif dan cenderung melakukan percobaan bunuh diri yang disebut depresi tingkat tinggi digambarkan, yakni : Satu, tidak menemukan jalan keluar masalahnya. Dua, mengalami kemurungan terus-menerus. Tiga, keadaan putus asa, sedih, ketakutan, penyiksaan diri, tingkah laku merendahkan diri, keinginan untuk mati. Empat, kehilangan selera, berat badan menurun, tidak dapat tidur, ketidakseimbangan dalam berpikir dan bertingkah laku negatif. Lima, sering mengalami kegagalan dan menghadapi tekanan hidup yang secara terus-menerus (Aaron Beck, 2001 : 54).
Tentu tidak semua ibu depresi berat akibat tekanan finansial dan melakukan percobaan bunuh diri. Namun Jika finansial tersedia dan hal ini menjadi ukuran tingkat kesejahteraan dan kebahagian maka keluarga “aman”. Tetapi ketika cita-cita tidak tercapai yakni terhimpit ekonomi maka rumah tangga menjadi tidak bahagia atau tertekan.
Sebab salah satu sifat penting dalam hidup manusia adalah bahwa mereka akan selalu mempunyai keinginan untuk mencapai kesejahteraan yang lebih tinggi dan apabila mereka tidak bisa mencapai maka akan timbul suatu tekanan.
Gunarsa menunjukkan gambaran ibu yang tertekan yang membawa depresi dan cenderung bunuh diri. Pertama, dengan lain perkataan apabila ada kegagalan dalam mempertahankan biaya hidup maka akan menimbulkan rasa kesal dan tekanan batin. Bentuk penyaluran rasa kesal/tekanan batin yang sering terlihat pada kaum ibu dan kaum wanita pada umumnya merasakan depresi.
Kedua, depresi juga menganggu emosionalitas, yang ditandai oleh adanya perasaan sedih, putus asa, putus harapan, dan kehilangan terhadap minat lingkungan. Depresi meliputi beberapa derajat : suasana hati tertekan, depresi ringan, depresi berat adalah perasaan sangat sedih, perasaan tiada gunanya hidup. Depresi berat merupakan tanda kecenderungan untuk mencoba bunuh diri (1988 : 84).
Di Indonesia kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku bunuh diri adalah dari kalangan menengah ke bawah dan alasannya himpitan ekonomi masih menjadi primadona (Menurut Fadilah, 2007 : 30).
Bagi individu yang merasa terhimpit ekonomi, kondisi ini semakin memperparah psikologinya. Ia merasa sendirian dalam menghadapi kesulitan. Rasa tenggang rasa, solidaritas sosial sirna digantikan suasana teraleniasi. Ujung dari rasa kefrustasian dan kesendirian inilah yang nantinya mendorong individu melakukan bunuh diri. (Riyono Asnan, 2007 : 15). Menurut Van Beek, psikologi berperan dalam memperhatikan pola pemikiran, emosi, motivasi, kepribadian dan kebutuhan psikis.

Kepribadian Orang yang Tertekan Finansial
Terdapat tiga kelompok pengertian kepribadian. Pertama, kepribadian populer dalam arti kwalitas seseorang yang menyebabkan ia disenangi atau tidak disenangi. Kedua, kepribadian falsafah ialah sesuatu yang rasional (dapat berpikir, mempunyai daya nalar). Ketiga, kepribadian empiris ( dapat di indrawi) ialah jumlah perilaku yang dapat diamati seperti biologi, psikologi, sosiologi, dan moral yang khas baginya, yang dapat membedakan kepribadian orang lain (Maramis, 2005 : 282).
Dari ketiga pengertian diatas penulis mengambil pengertian dari segi empiris yang menggambarkan atau dapat dilihat setiap perubahan tingkah laku orang tersebut.
Aspek psikis, Ahli-ahli jiwa seperti Abraham Maslow sangat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan psikis manusia dan menyatakan bahwa kebutuhan merangsang manusia untuk ingin bertingkah laku. Manusia tidak bisa hidup bahagia bila kebutuhan-kebutuhan psikis yang pokok tidak dipenuhi (1987 : 142, 149). Untuk itu, bila suatu kebutuhan manusia tidak dipenuni maka akan berpengaruh terhadap tingkah laku.
Kesulitan ekonomi mempengaruhi kesanggupan seseorang dalam menghadapi tekanan, karena itu dapat melipatgandakan emosional seseorang (Narramore, 1993 : 10).
Tim laHaye, tekanan finansial mempengaruhi kepribadian seseorang dalam menghadapi masalahnya. Misalnya, emosi yang sensitif seperti : kesedihan, tangisan, permusuhan, mudah marah dan tersinggung serta mengeluh membenci diri sendiri, kekuatiran, ketakutan, dan kecemasan. Segala sesuatu menjadi alasan untuk kecemasan dan emosinal. (2005 : 28).
Selanjutnya, secara fisik dan mental digambarkan tingkah laku tidur yang gelisah, kelesuan, perasaan lelah, tidak dapat menikmati hobi. Cenderung terbangun lelah dan tidak memiliki motivasi, meskipun mereka dapat bekerja namun kinerja mereka tidak baik. Penyakit secara fisik beberapa dari persoalan yang umum adalah kelelahan, kelemahan, nyeri-nyeri, pusing, jantung berdebar-debar, dada terasa sesak, kesulitan bernafas, sakit kepala, susah buang air besar, sakit ulu hati, dan berkeringat.
Penjelasannya adalah semakin tertekan maka semakin bertambah nilai negatif dalam diri seseorang. Sisi negatif manusia mempengaruhi pikiran yang positif. Tidak mengherankan jika semakin berat tekanan maka semakin merasa hidup tiada berguna dan lebih baik mati dari pada hidup.


Tekanan Finansial Bagi Ibu Rumah Tangga
Menurut, Singh, dampak krisis ekonomi tahun 1997 hingga dewasa ini, kesempatan kerja bagi kaum wanita sangat terbatas dari pada pria bahkan akan mengurangi jumlah tenaga kerja di banyak perusahaan. Para pekerja, khususnya pekerja wanita, tidak mempunyai banyak pilihan selain upah yang minimum/ rendah (1998 : 82).
Memilih bekerja tetapi upah rendah atau berhenti bekerja tetapi pendapatan tidak ada. Jadi upah yang rendah merupakan tekanan apalagi pengurangan jumlah tenaga kerja (pengangguran) di perusahaan membuat kaum hawa lebih tertekan.
Maramis, ahli kedokteran jiwa mengatakan akibat tekanan ekonomi lebih banyak dirasakan wanita dan angka bunuh diri pun pada wanita lebih besar dari pada pria. Perbandingan tertinggi di dapatkan 3 berbanding 1. Berdasarkan umur, angka bunuh diri meningkat dengan bertambahnya umur. Pada umumnya usia wanita yang berumah tangga rentan melakukan bunuh diri pada usia 20 – 30 dan 60 tahun kemudian menurun. (2005 : 438).
Perbandingan angka bunuh diri akibat tekanan finansial lebih banyak dilakukan wanita dari pada pria karena menurut Singgih Gunarsa, dengan dimulainya berumah tangga, biasanya persoalan mulai timbul. Sesuai dengan sifat-sifat dasar wanita, yakni memelihara dan merawat anak lebih banyak dilakukan wanita dibandingkan pria (1988 : 82).
Akibat tekanan finansial angka bunuh diri yang dilakukan wanita lebih besar dari pada pria. Berdasarkan usia rentan melakukan percobaan bunuh diri pada usia 20 – 30 dan 60 tahunan. Faktor lain yang mempengaruhi daya tahan emosi wanita yaitu setiap bulan mengalami siklus haid.
Untuk itu, kalau pun siklus haid teratur tetap saja mengalami emosi yang tidak normal apalagi siklus haid terganggu maka akan lebih menambah tekanan. Jadi kekecewaan tubuh terlihat dari mudahnya tersinggung, marah, kekurangsabaran wanita dalam menghadapi masalah sehari-hari.
Gunarsa mengatakan baik wanita yang belum menikah atau pun sudah membentuk keluarga tidak luput dari goncangan emosional meningkat saat mereka haid. Sisi lain yang membuat mereka tertekan, dalam perawatan anak sebagai dasar perkembangan emosionalitas anak, kebersihan dan kerapihan rumah menjadi tanggungjawabnya di banding suami (1988 : 86).
Selain tertekan finansial ternyata secara umum emosional wanita lebih lemah dari pada pria. Karena mereka diliputi berbagai tanggungjawab seperti merawat anak, mempertahankan kebersihan rumah, dan siklus haid tiap bulannya membuat emosionalitas meningkat.




Tehnik-Tehnik Bimbingan Pastoral
Dalam bimbingan pastoral penting diadakan perkenalan dan latar belakang pembimbingan yakni terdidik. Sebab jika pembimbing tidak terdidik adakalanya konseli kurang yakin dengan bimbingan yang akan diberikan.
Selanjutnya orang yang dibimbing harus lebih banyak berbicara supaya pembimbing dapat mengetahui isi hati atau keluhan konseli. Bimbingan pastoral ini tentunya bertujuan konseli dapat mengatasi kesulitan/bertahan dalam penderitaan daripada harus mencoba bunuh diri.
Amsal 29 : 20 menurut tafsiran Wraight, merupakan satu ayat yang dapat dipakai untuk mengetahui kapan harus berbicara dan kapan harus diam. Cepat berkata-kata adakalanya diragukan, setiap perkataan dipertimbangkan, pengaruh yang akan ditimbulkan oleh perkataan terhadap orang lain. Ketika pembimbing mendengar keluhan atau isi hatinya tidak dengan cepat memberi jawaban. Tetapi menggunakan beberapa detik untuk berpikir dan menyusun apa yang hendak diberikan (1993 : 47).
Apabila konseli telah banyak berbicara, maka konselor telah mengetahui keadaan jiwanya. Makin lama ia berbicara, makin jelas kebutuhan rohaninya. Ada suatu alasan bahwa konselor tidak terlalu banyak berbicara pada konseli. Misalkan, seorang dokter terhadap pasiennya. Dokter tidak akan memberikan penjelasan kecuali pertanyaan-pertanyaan sampai diagnosa selesai. Tanpa banyak berbicara dokter menentukan obat sesuai dengan kebutuhan pasiennya (Stanley Heath, 1999 : 25).
Percobaan bunuh diri suatu keputusasaan dan hidup tanpa harapan. Maka suatu pengharapan dijelaskan yakni ada jalan penyelesaian masalah. Jika manusia percaya kepada Kristus dan melakukan kehendak-Nya maka ada jaminan hidup yang lebih bermakna. Artinya tidak harus bunuh diri tetapi ada jalan keluar yang lebih baik dan melihat penderitaan sebagai proses kehidupan.
Martin dan Bobgan, model manusia menurut Alkitab didasarkan pada pemikiran bahwa Allah menciptakan manusia untuk hidup dalam hubungan dengan Allah dan untuk mencrminkan sifat-Nya.
Tetapi setiap manusia sudah jatuh kedalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3 : 23) maka akibatnya iman telah rusak, pengharapan yang keliru, kasih yang rusak. Namun karena begitu besar kasih Allah maka diberikan keselamatan dari keterpisahan. Bukan hanya keselamatan di masa depan yang dijanjikan Allah tetapi memampukan manusia untuk hidup dalam hubungan dan hidup dalam tanggung jawab moral (1996 : 47,57).

Langkah-Langkah Bimbingan Pastoral
Berdasarkan petunjuk dari Egan dan Brammer mengajurkan bahwa bimbingan pastoral paling tidak memiliki lima langkah, yang sebagian besar di antara digambarkan dengan jelas dalam Alkitab yakni : Pertama, membangun hubungan antara penolong dan yang ditolong (Yoh. 16 : 7-13). Dua, menyelidiki masalah konseli.
Tiga, menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil. Beberapa alternatif yang harus dicoba satu demi satu (Yohanes 14 : 26; I Korintus 2 : 13). Empat, mendorong tindakan yang dievaluasi bersama oleh orang yang menolong maupun orang yang ditolong. Jika ada yang gagal, dicoba lagi (Yohanes 16 : 13; Kisah Para Rasul 10 : 19-20; 16 : 6). Lima, Mengakhiri hubungan konseling dan mendorong agar orang yang ditolong itu menerapkan apa yang ia telah pelajari waktu ia memulai berjalan maju sendiri (Roma 8 : 14) (1993 : 42).

Langkah pertama
Membangun Hubungan
Berempati
Kata empati berasal dari bahasa Jerman eniflung, yang berarti “merasakan bersama”. Galatia 6 : 2 dan Roma 12 : 15 menasihatkan pada pembimbing untuk bertolong-tolongan menanggung beban, bersukacita dengan orang yang bersukacita, dan menangis dengan orang yang menangis. Melakukan demikian berarti mempunyai empati (Wraight, 1993 : 53). Menurut Arthur dan Mack salah satu kunci keberhasilan Yesus sebagai konselor adalah belaskasihan-Nya (2002 : 218).
Joshua Liebman, menggambarkan fungsi empati yakni dua hal; pertama, membantu pembimbing mengerti orang lain itu sampai ke dalam batinnya. Dua, empati menjadi bagian pembimbing karena perasaan yang dirasakan konseli dirasakan dan dampaknya konseli akan mengakui dan diterima sebagai pembimbing (1946 : 7-8).
Penting berempati dalam membimbing ialah untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain ikut berperan dalam arena pergulatan hidup. Misalnya, studi-studi di Jerman dan Amerika Serikat menemukan bahwa bila seseorang makin empati, mereka (yang dibimbing) semakin cenderung mendukung prinsip bimbingan (Goleman, 1997 : 136).
Sebaliknya bila bimbingan tanpa empati maka akan mengalami kesulitan dalam membimbing mengapa ? Karena mereka tidak dapat mengikuti bimbingan. Jadi penting empati dalam bimbingan pastoral ini supaya ada kesabaran dalam membimbing. Sebab salah satu modal pembimbing adalah kesabaran (empati) karena bagaimana bisa membimbing tanpa ikut merasakan perasaan konseli.
Dengan kata lain, “ikut merasakan” berarti ada kemampuan didalam diri pembimbing guna lebih memahami pengalaman subjektif. Tidak hanya itu tetapi pembimbing dapat lebih dekat dengan konseli sehingga leluasa dalam membangun hubungan, menyelidiki masalah, menentukan tindakan dan mengevaluasi bimbingan.
Membuat Ikat janji
Mengapa diadakan permufakatan ikat janji. Menurut Beek, ikat janji adalah komitmen untuk menyelesaikan masalah (2003 : 85). Bahwa orang tersebut mempunyai masalah dan membutuhkan pertolongan, dan pembimbing ingin menolongnya (Wraight, 1993 : 141). Dengan diadakannya perjanjian maka konselor berhak menentukan metode bimbingan. Kemudian apabila konseli tidak mematuhi prinsip atau tujuan bimbingan maka pembimbing berhak mengingatkan ikat janji.
Bobgan dan Deidre merangkumkan suatu bimbingan yang alkitabiah dan dapat diterapkan bagi mereka yang mencoba bunuh diri yakni : mengingat bahwa tujuan bimbingan adalah pertumbuhan rohani dan penyelesaian masalah (Kolose1 : 28). Disamping itu, bekerja sama dengan Allah sebagai proses yang kreatif dalam mengubah orang yang dibimbing melalui pembaharuan akal budi (Roma 12 : 1-2), dengan memotivasi orang yang dibimbing untuk bekerja sama dengan Allah dalam proses penyembuhan (1985 :256).

Menentukan Tempat Bimbingan
Tempat bagi bimbingan merupakan pertimbangan yang penting. Dalam kebanyakan kasus bimbingan alkitabiah, kesendirian penting. Karena itu, ruang-ruang yang khusus dalam gedung gereja adalah ideal. Gereja merupakan tempat yang umum, dan tempat untuk melakukan usaha bersama Allah. Gereja juga tempat orang Kristen bertemu untuk beribadah, berdoa, dan mendengarkan firman Allah. Karena itu, gereja merupakan tempat yang wajar bagi bimbingan (Bobgan dan Martin, 1985 : 253).
Memberi pengajaran tentang menyediakan lingkungan di Gereja yang penuh kemurahan tentunya sudah biasa dilakukan oleh seseorang pendeta yang telah mendorong jemaatnya untuk menyediakan lingkungan seperti itu. Karena dalam melayani jemaatnya seyogianya ia telah mengajarkan kasih, kebaikan, kemurahan, kesabaran, pengertian, dan sifat-sifat yang harus berkembang sebagai buah Roh (Galatia 5 : 22-23).
Lama frekuensi bimbingan ditinjau dari kemajuan rohani dan program bimbingan. Hubungan bimbingan juga tidak boleh melebihi waktu setiap kali pertemuan atau sesuai dengan waktu yang dijanjikan. Mengukur kapan dan bagaimana selesainya bimbinan terhadap orang yang mencoba bunuh diri yakni ketika mereka taat pada bimbingan dan mampu maju menaati firman Tuhan.
Dipihak lain, Beek mengatakan untuk mengukur hasil bimbingan berhasil dan tidaknya yakni seorang yang dibimbing mempunyai “prinsip hidup” seperti berkeyakinan, nilai dan pendapat yang dinamis yang ikut menentukan persepsi sesama manusia tentang diri sendiri, Allah, dan lingkungannya (2003 : 63). Maksudnya ialah kemampuan untuk melihat siapa dirinya dan berkeyakinan kepercayaan pada Allah serta bergaul dengan sesama dalam lingkungan sekitarnya.

Memberi Pengharapan
Seorang pembimbing perlu mempunyai waktu bertemu secara teratur dengan Tuhan dalam doa dan membaca firman Tuhan. Ia perlu bersekutu dengan Tuhan dan menikmati firman-Nya sehingga pembimbing tidak menjadi “sumur kering”( Bobgan, 1985 : 251).
Memberikan pengharapan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembimbingan. Dalam kesukaran setiap orang memerlukan pengharapan (Jay Adam, 2000 : 76). Arthur dan Mack mengatakan, perubahan alkitabiah tidak dapat terjadi tanpa adanya pengharapan.
Penjelasanya ialah pembimbing menjelaskan/menjanjikan suatu pengharapan melepaskan diri dari masalah finansial dari pada harus mencoba bunuh diri.
Injil Kristus telah mengalahkan dosa, merupakan tempat pengharapan bertumbuh. Misalnya Kolose fasal 1 berbicara tentang “pengharapan Injil”. Pengharapan Kristen memberikan ketetapan bahwa karena Kristus telah mati untuk dosa-dosa manusia maka manusia akan mendapat hidup yang kekal, dan pada waktu kematian, roh manusia akan disempurnakan. Bagi yang percaya, pengharapan dalam mengatasi kesulitan akan diberikan (Jay Adam, 2000 : 76).
Wraight, dalam buku (Konseling Krisis, 1993 : 52 - 53) konseling yang efektif dan tahap yang baik memperhatikan beberapa kepastian yang dapat diberikan kepada orang yang sedang menghadapi krisis yakni : pertama, si konseli dapat terhibur dengan mengetahui bahwa masalahnya adalah masalah yang sudah umum. Kedua, kepastian dapat diberikan kepada konseli bahwa masalahnya sudah diketahui penyebabnya dan bahwa dapat dilakukan sesuatu untuk mengatasinya.
Ketiga, kepastian dapat diberikan kepada konseli bahwa meskipun gejala-gejalanya menjengkelkan, itu tidak berbahaya. Keempat, Si konseli dapat sering diyakinkan bahwa metode perawatan tertentu tersedia. Kelima, Kepastian dapat diberikan kepada konseli bahwa masalah itu mempunyai kemungkinan untuk bisa dipecahkan. Keenam, Si konseli mungkin memerlukan kepastian bahwa ia tidak akan menjadi gila. Ketujuh, Kepastian mungkin diperlukan dengan pengertian bahwa hal-hal yang tidak enak bisa saja kembali terjadi dan bahwa itu bukan berarti keadaan menjadi semakin buruk.

Langkah kedua
Menyelidiki Aspek-Aspek Akar Masalah Konseli
Agar bimbingan efisien maka pembimbing harus memahami berbagai aspek. Maksudnya, seorang pembimbing tidak hanya menilai atau menyelidiki seseorang hanya dari satu perilaku tertentu.
Masalah konseli dalam skripsi ini adalah percobaan bunuh diri akibat tekanan finansial. Tetapi dalam bimbingan pastoral tidak hanya melihat dari sisi tertekan karena finansial tetapi membimbing dan menyelesaikan masalah konseli beberapa aspek penting diterangkan dan diketahui konseli.
Dalam modul perkuliahan “konseling kasus khusus”, jika manusia bermasalah maka perlu diselidiki berbagai aspek yakni aspek jasmani, rohani, hati dan pikiran, emosi, dan kehendak. Semua saling berkaitan satu dengan yang lain. Misalnya apabila satu aspek bermasalah, maka hal itu akan berpengaruh terhadap yang lain. Ambil contoh apabila seseorang sakit-sakitan maka akan berpengaruh terhadap kondisi emosi dan lain sebagainya (Gultom, 2007 : 8).

Aspek Jasmani
Kondisi fisik atau jasmani yang menjadi masalah konseli dalam bimbingan ini yakni tekanan finansial. Dampak dari tekanan ini berpengaruh terhadap tubuh. Misalnya susah tidur, gelisah, gemetar, dan sebagainya.

Aspek Rohani
Menurut Alkitab, semua manusia sudah jatuh ke dalam dosa (Roma 3 : 23). Akibatnya hubungan dengan Allah, sesama, diri sendiri dan lingkungan tidak baik “keterpisahan dari Allah”.
Aspek Hati dan Pikiran
Kata yang digunakan untuk hati dan pikiran berasal dari kata Ibrani (lev), Yunani (kardia) yang berarti jantung, pusat dari segala kehidupan manusia. Hati juga berfungsi untuk beremosi, berpikir dan berperilaku. Namun karena kejatuhan manusia ke dalam dosa maka kehendak hati menjadi jahat (band : Matius 12 : 33-36 ; 15 : 8-9). Jadi hati dan pikiran memiliki hubungan yang erat. Ketidaktenangan suasana pikiran akan berpengaruh kepada yang lain.

Aspek Emosi
Kejatuhan manusia ke dalam dosa mengakibatkan emosi manusia menjadi tidak terkontrol yakni mudah tersinggung, menjadi pemarah dan kurang menguasai diri. Allah menciptakan manusia dengan emosi yang dimiliki supaya berfungsi untuk mengasihi Allah (Matius 12 : 29-30).

Aspek Kehendak dan Kemauan
Konseling tidak akan berhasil apabila konseli tidak memiliki kemauan untuk berubah atau tidak memiliki kehendak untuk mencapai perubahan yang diharapkan. Yohanes 5 : 39 -40 Allah memberi kehendak bebas bagi manusia untuk memilih yang benar dan salah. Artinya seseorang tidak hanya mengenal siapa Yesus tapi mengambil keputusan untuk menerima Yesus secara pribadi dan menaati firman-Nya.
Mengapa begitu penting mengadakan berbagai aspek percakapan ? menurut Narramore, apabila seseorang menderita karena suatu keadaan fisik yang sudah umum terjadi seperti kekurangan energi karena makanan yang tidak memenuhi syarat, atau karena penyakit, cacat jasmani, sukar sekali bagi emosi dan rohaninya berfungsi secara efektif (1993 : 10).
Jadi setiap saat seseorang menghadapi persoalan seperti percobaan bunuh diri atau depresi tingkat tinggi, maka penting membuat penilaian atau identifikasi masalah terhadap faktor-faktor penyebab depresi tingkat tinggi. Walau pun faktor yang lain yang menekan tetapi sungguh merusak kesanggupan seseorang secara keseluruhan untuk menghadapi masalah.

Langkah ketiga
Menentukan Tindakan Bimbingan Pastoral
Ketentuan yang akan diberikan kepada konseli yakni meneerangkan bahwa ada aspek-aspek yang perlu diketahui yang ada di dalam diri setiap manusia. Aspek-aspek ini penting diketahui karena jika salah satu aspek tersebut tertekan maka aspek lain akan dipengaruhi. Untuk itu, aspek-aspek itu bukan hanya diketahui tetapi bertindak.
Pertama, aspek Psikologis. Mengembangkan rasa percaya diri atas dasar status sebagai anak Allah. Bukan karena keberhasilan dalam karier atau kaya dalam finansial tetapi karena menjadi anak Allah (Yohanes 1 : 12). Dua, aspek pikiran. Mengembangkan pikiran yang positif dan bukan pikiran-pikiran yang negative (Filipi 4 : 8). Tiga, aspek jasmani. Berusaha menghadapi masalah dengan rileks, berolahraga, pola makan yang teratur, tidur yang teratur, dan sebagainya. Empat, aspek sosial. Berusaha menjalin hubungan dengan sesama baik tetangga maupun teman-teman anggota gereja.
Lima, aspek emosional. Mengembangkan perasaan-perasaan positif melalui kreativitas tertentu. Enam, aspek spiritual. Menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan akan sangat menentukan kondisi seseorang secara keseluruhan. Relasi dengan Tuhan dapat dikembangkan melalui doa yang teratur, baca Alkitab, serta pujian dan ibadah bersama dengan saudara seiman.

Tekanan Finansial
Bimbingan ini ada karena kasus percobaan bunuh diri akibat tekanan finansial. Jika masalahnya karena tekanan finansial maka pembimbingan mendefinisikan arti finansial, fungsi, dan bimbingannya.
Finansial adalah mengenai urusan keuangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003 : 317). Sedangkan fungsinya dalam ilmu ekonomi uang berfungsi melancarkan perdagangan yang dibedakan menjadi empat jenis yakni melancarkan kegiatan tukar-menukar, untuk menjadi satuan nilai, untuk ukuran bayaran yang ditunda, dan sebagai alat penyimpanan nilai (Sukirno, 1978 : 224).
Adapun Sumber bimbingan ialah barang siapa haus (Yohanes 7 : 37-38). (Yesaya 55 : 1-3, 8-9). Ketika Yesus lapar Iblis mencobai-Nya. Iblis berkata “jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu menjadi roti” Yesus berkata manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Matius 4 : 3-4) (Bavinck, 1990 : 116).
Dilain pihak, Yesus tidak menyalahkan kekayaan yang dikecamnya adalah penggunaan kekayaan yang salah dan sikap yang keliru terhadap kekayaan (Lukas 12 : 15). Gutrie menafsirkan nasihat Yesus kepada pemuda kaya untuk menjual segala miliknya lalu membagi-bagikan hasilnya kepada orang miskin, bukanlah nasihat umum bagi para pengikut-Nya tetapi sebagai nasihat khusus bagi seseorang yang terlalu mencintai kekayaannya (1996 : 304).
Pengajaran Yesus sangat radikal, disatu sisi orang kaya bertanggung jawab terhadap hartanya dan orang miskin bertanggungjawab terhadap hidupnya. Kaya dan miskin mempunyai pertanggungjawaban dihadapan Allah.
Bavinck, menafsirkaan Matius 6 : 19-34 membicarakan dua syarat hidup yang penting tentang harta penggunaan uang. Pertama, Bekerja untuk mendapatkan uang, akan tetapi tidak boleh menjadi “buah hatinya” “karena dimana hartamu berada disitu juga hatinya berada”. “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan mamon”. Mamon adalah kata aram yang didefinisikan “kekayaan”.
Kedua, tidak usah kuatir biar pun tidak mempunyai kekayaan. Dengan kuatir orang tidak dapat melanjutkan umurnya. Yesus membicarakan burung-burung, bunga-bunga Dia pelihara. Akhir dari pengajarannya yakni : “Tetapi dahulukan kerajaan Allah dan kebenaranya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”. Sesudahnya Allah yang disorga memeliharanya (1990 : 256).
Kesimpulannya “sikap kuatir” tidak berarti tidak harus berjuang untuk mendapatkanya, tetapi lebih dalam maknanya, yakni kerajaan sorga dicari dan telah ditemukan maka bebas dari kekuatiaran yang sangat berlebihan, sebab apabila masa kesusahan datang, Sang Bapa akan memeliharanya.
Matius 5 : 3 mencatat berkat atas “mereka yang miskin dihadapan Allah”, sesuai dengan tafsiran rohani dari ucapan bahagia. Yesus tidak menganggap kemiskinan ekonomis sebagai suatu berkat. Namun diakui kata “miskin” mempunyai arti religius juga Yesus tidak mencoba membantu keuangan mereka tetapi dia memperhatikan mereka, sebagaimana misi-Nya yang holistik (Gutrie, 1996 : 304).
Tidak dapat dilupakan salah satu solusi percobaan bunuh diri karena tekanan finansial yakni dengan mengkomunikasikan bekerja adalah bagian hidup. Bagaimana pun bekerja adalah tempat mendapatkan materi atau uang guna memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Untuk membantu keluarga keluar dari tekanan finansial beberapa saran yakni hendaknya uang dikelola sesuai dengan rencana anggaran belanja agar urusan ekonomi rumah tangga menjadi urusan seluruh keluarga dan saling terbuka.
Sekali pun pendapatan tidak sebanding dengan pengeluaran tetapi perlu diketahui yakni belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan (Filipi 4 : 11). Artinya membiasakan diri hidup sederhana dalam dan tidak memboros.

Penciptaan dan Keberdosaan
Persoalan dasarnya, pada saat Allah menciptakan manusia, Ia memberi perintah supaya manusia menaklukkan dunia dan “menguasai”nya (Kejadian 1 : 28). Manusia saja yang diciptakan menurut peta Allah. Salah satu aspek dari gambaran itu ialah memerintah dan mengatur. Manusia harus mencerminkan pemerintahan Allah dengan cara memerintah bumi. tentu kekuasaan manusia adalah kekuasaan yang diturunkan Allah (Jay Adam, 2000 : 67).
Sesaat Adam jatuh kedalam dosa, manusia kehilangan kekuasaan itu; bahkan menguasai diri sendiri pun menjadi sesuatu hal yang sulit (Kejadian 3). Dosa membatalkan kemampuan manusia untuk memerintah bumi, sehingga bumi menguasai manusia. Bumi mulai melawan, bumi mengeluarkan onak dan duri. Pekerjaan manusia tidak lagi mengatur dan menata taman, tetapi sekarang dengan berkeringat ia harus bekerja keras untuk mempertahankan hidupnya.
Bahkan ketika kejatuhan dalam dosa, komunikasi dengan Allah dan sesamanya rusak. Manusia sebagai mahkluk berkomunikasi yang membutuhkan orang lain, mulai mengalami penderitaan karena hubungan yang ia butuhkan itu terputus. Oleh karena hubungan sosial rusak, manusia mulai menderita keterasingan, dan mulai memperlihatkan hal itu dalam tingkah lakunya (Adam, 2000 : 122). Dasar dari pemulihan komunikasi adalah perdamaian dengan Allah. Pemuliahan itu mulai dengan anugerah Yesus Kristus.

Pengakuan dosa
Pengakuan Dosa sangat penting bagi orang yang dibimbing khususnya mereka yang mencoba bunuh diri. Jays Adam menafsirkan ajaran utama tertulis dalam kitab Amsal 28 : 13. siapa yang menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakui dan meninggalkannya akan disanyangi (2000 : 51).
Maksudnya, cara yang diberikan Allah untuk menyelesaikan masalah adalah pengakuan. Menyembunyikan pelanggaran membuat penderitaan, kekalahan dan kehancuran, tetapi pengakuan dan penanggalan dosa membawa pengampunan dan kelegaan.
Fakta kedua yang penting diperhatiakan dalam Mazmur 32 adalah bahwa pengakuan dosa membawa kelegaan dan sukacita. Akibat-akibat yang menguntungkan dari cara hidup yang benar tertulis dalam Amsal 3 : 1,2 Hai, anakku, janganlah engkau melupakan ajaranKu, dan biarlah hatimu memelihara perintahKu, karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkan kepadamu (Jay Adam, 2000 : 62).
Pembimbing berusaha meyakinkan orang-orang bimbingan bahwa dengan cara ini mereka mendapat rahmat Allah. Karena metodologi Alkitabiah mengatakan kesulitan manusia berasal dari dosa. Itu sebabnya mereka yang bertindak seperti mencoba bunuh diri adalah tekanan dari keberdosaan. Mereka berpikir finansial sumber hidup.

Langkah Keempat
Mendorong Bertindak dan Mengevaluasi
Dalam bimbingan tidak memungkiri bahwa orang yang dibimbing tidak menerima bimbingan atau memberontak. Adalah sikap kesabaran dan sikap menghargai dan berharga dimata Tuhan. Bagaimana pun dalam membimbing suatu penolakan terhadap pembimbing merupakan hal yang wajar.
Itu sebabnya, konfrontasi konseling dilakukan yang menunjukkan kepada konseli suatu perbuatan yang tidak sesuai dengan caranya ia memandang realistas. (Wraight, 1993 : 59). Selain itu, Istilah Beek, kemampuan menantang konseli. Penantangan ini dilakukan karena tingkah laku tidak tidak sesuai dengan teori bimbingan (2003 : 70). Kesulitan yang dihadapi lalu harus bunuh diri harus dikonfrontasikan dan menjadikan masalah sebagai pelajaran dan pengalaman untuk lebih memaknai hidup.
Evaluasi pembimbing. Satu cara bagi pembimbing untuk mencegah dirinya dari sikap kesalahan membimbing atau berat sebelah dalam bimbingan perlu mencari Allah dengan mempertanyakan dirinya, seperti apakah pembimbingan berpusat pada diri sendiri atau apakah pembimbingan saya terlalu banyak berbicara ?
Wraight, pembimbing tidak selamanya dapat hadir, adakalanya ada halangan seperti sakit dan lain sebagainya. Jika pembimbing merasakan tertekan, sakit kepala, atau kurang tidur semalaman maka pembimbing cenderung mendengar lebih banyak pernyataan yang negatif dari si konseli. Sebaiknya pembimbing menghentikan sementara dan mempersiapkan dihari berikutnya (1993 : 46).

Langkah kelima
Mengakhiri Hubungan Bimbingan Dengan Konseli
Ketika konseli sudah taat menjalani bimbingan maka konseli dibiarkan berjalan sendiri(Roma 8 : 14 . Lama frekuensi bimbingan ditinjau dari kemajuan rohani dan program bimbingan. Hubungan bimbingan juga tidak boleh melebihi waktu setiap kali pertemuan atau sesuai dengan waktu yang dijanjikan. Mengukur kapan dan bagaimana selesainya bimbinan terhadap orang yang mencoba bunuh diri yakni ketika mereka taat pada bimbingan dan mampu maju menaati firman Tuhan.
Dipihak lain, Beek mengatakan untuk mengukur hasil bimbingan berhasil dan tidaknya yakni seorang yang dibimbing mempunyai “prinsip hidup” seperti berkeyakinan, nilai dan pendapat yang dinamis yang ikut menentukan persepsi sesama manusia tentang diri sendiri, Allah, dan lingkungannya (2003 : 63). Maksudnya ialah kemampuan untuk melihat siapa dirinya dan berkeyakinan kepercayaan pada Allah serta bergaul dengan sesama dalam lingkungan sekitarnya.
Untuk mengurangi rasa bosan sesaat proses bimbingan diadakan waktu nonton film rohani seperti (“The Passion” karya Mel Gibson). Setelah itu ada beberapa komunikasi berupa basa-basi, kesaksian untuk menciptakan suasana relaks.

Alasan Memakai Metoda Bimbingan Pastoral
Menurut penulis inilah langkah bimbingan yang tepat untuk mereka yang mencoba bunuh diri akibat tekanan finansial. Mengapa ? Karena : pertama, bimbingan ini bukan dari manusia saja tetapi Roh Kudus yang berperan sebagai penuntun (Yohanes 16 : 13-14). Tugas pembimbing yang sangat penting adalah memahami akar masalah dan memperkatakan tentang Firman Allah.
Alkitab mengatakan manusia terdiri dari roh, jiwa dan tubuh (I Tes. 5 : 23). Maka bimbingan ini melihat manusia bukan hanya dari satu sisi saja. Misalnya jika seorang mengalami tekanan finansial maka kebutuhan finansial yang menjadi solusinya.
Oleh karena itu penting dilayani baik secara rohani, jiwa dan jasmaniah. Sebab ada pola apabila salah satu aspek manusia tertekan maka aspek yang lain akan berpengaruh dan tertekan. Contohnya apabila fisiologis yang tertekan maka akan berpengaruh dan tertekan secara psikologis demikian sebaliknya jika emosional maka tingkah laku akan kelihatan gelisah.
Alasan teologisnya, yaitu berangkat dari sabda Tuhan Yesus yang menjadi ukuran bagi bimbingan. Beberapa kali Tuhan Yesus memperkenalkan diri dan diperkenalkan sebagai “gembala” sebagaimana disaksikan oleh Kitab Yohanes 10 : 11,14 “Akulah Gembala yang baik” bahkan seorang gembala yang baik bersedia menjadi “kurban” bagi yang digembalakan. Hal inilah yang menjadi keunikan bimbingan ini juga.
Kedua,Pemakaian team dari gereja merupakan salah satu metode membantu keterbatasan pembimbing dalam menerangkan semua bimbingan. Mengapa penulis menganggap hal ini penting. Kristus bekerja sama dengan murid-murid. Paulus bekerja dan pergi kemana-mana dengan rombongan. Dasar regu bimbingan adalah kerja sama yang saling mengisi.
Selanjutnya, adakalannya seorang pembimbing sebaiknya menyerahkan kasus kepada gereja atau dibantu oleh pembimbing yang lain. Apabila seorang pembimbing tidak maju-maju, ia harus berterus terang dalam pengakuan itu dan menyerahkan kasus tersebut kepada pembimbing lain yang mungkin dapat menyelesaikannya.
Ketiga, Mengapa bimbingan ini unik bagi ibu rumah tangga ? menurut pengikut-pengikut teori genetika “nature” berpendapat bahwa perbedaan psikologi pria dan wanita ditentukan oleh faktor biologis. Misalnya temperamen, cara pemikiran yang berbeda, emosi, bakat, daya tahan tubuh. Pada umumnya wanita lebih berperasaan (empati) dari pada laki-laki (Hommes, 1992 : 25). Itu sebabnya bimbingan ini unik dan empati menjadi dasar menjalin hubungan.
Judith dan Michael Murray, mengatakan ketika wanita bermasalah maka sikap empati dianjurkan untuk membicarakan perasaannya serta lebih terbuka dengan orang lain. Sebab sikap empati dapat menyenangkannya (1992 : 248).

BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

KESIMPULAN
Dari data-data dan teori yang ada didapatkan kesimpulan bahwa percobaan bunuh diri akibat tekanan finansial hanya dilakukan orang bila tingkat depresinya mencapai tingkat tiga (tinggi).
Ada tiga tipe tingkat depresi yaitu ringan, sedang, dan depresi tingkat tinggi (berat). Tipe depresi yang membawa orang cenderung melakukan percobaan bunuh diri adalah depresi tingkat tinggi (berat). Bunuh diri akibat tekanan finansial dilakukan dengan berbagai cara yaitu gantung diri, bakar diri, terjun ke dalam sumur, minum racun. Beberapa ibu rumah tangga berhasil di selamatkan dan beberapa berhasil telah bunuh diri.
Dari hasil keterangan mereka telah dan mencoba bunuh diri karena tidak sesuai jumlah antara pendapatan dengan pengeluaran. Penyebab tekanan finansial ini antara lain : hutang, pengangguran (Di PHK), kenaikan harga kebutuhan pokok.
Melihat bahaya percobaan bunuh diri ini, maka penulis mencoba mengusulkan bimbingan pastoral kepada mereka yang mencoba bunuh diri akibat tekanan finansial. Bimbingan tersebut sebagaimana tertuang di dalam bab IV. Adapun langkah-langkahnya adalah pertama, membangun hubungan dengan cara berempati, membuat ikat janji, menentukan tempat bimbingan, memberi pengharapan. Kedua, menyelidiki aspek-aspek masalah konseli seperti jasmani, rohani, hati dan pikiran, emosi, kehendak dan kemauan. Ketiga, Menentukan tindakan bimbingan pastoral seperti mendefinikan uang, penciptaan dan keberdosaan, pengakuan dosa. Keempat, mendorong bertindak dan mengevaluasi. Kelima, mengakhiri hubungan bimbingan dengan konseli.
Menurut penulis inilah langkah bimbingan yang tepat untuk mereka yang mencoba bunuh diri akibat tekanan finansial. Mengapa ? Karena bimbingan ini bukan dari manusia saja tetapi Roh Kudus yang berperan sebagai penuntun (Yohanes 16 : 13-14). Tugas pembimbing yang sangat penting adalah memahami akar masalah dan memperkatakan tentang Firman Allah.
Juga karena Alkitab mampu menjawab kebutuhan manusia secara kesuluruhan. Untuk itu, Alkitab tidak pernah terbatas di dalam membimbing.
Dasar bimbingan pastoral ini adalah marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena aku lemah lembut dan rendah hati dan jiawamu akan mendapat ketenangan (Matius 11 : 29-29).
Sumber bimbingan ialah Tuhan Yesus sendiri, barang siapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum. Barang siapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup (Yohanes 7 : 37-38).
SARAN
Mendorong Gereja mengembangkan bimbingan pastoral bagi orang yang mecoba bunuh diri akibat tekanan finansial. Selain itu memotivasi orang Kristen agar mau melibatkan diri dalam bimbingan pastoral, serta membekali mereka agar lebih handal dalam tugas ini.
Gereja hendaknya mengevaluasi jemaatnya, khususnya mereka yang mencoba bunuh diri akibat tekanan finansial. Apakah gereja mempunyai program bimbingan pastoral bagi ibu rumah tangga yang mencoba bunuh diri?

PENUTUP

Demikianlah penulis mengusulkan Suatu bimbingan pastoral yang dilakukan akan berpengaruh kepada orang yang dilayani. Kiranya bimbingan ini bermaanfaat dan dilakukan bagi mereka yang mencoba bunuh diri akibat tekanan finansial. Amin.



DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Abineno, J.L. Ch
2000 Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral. Jakarta : BPK Gunung Mulai

Adams, Jay
2000 Anda Pun Boleh Membimbing. Malang : Gandum Mas


Adisasmita, H. Raharjo
2005 Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta : Graha Ilmu

Anne, Hommes
1992 Perubahan Peran Pria dan Wanita Dalam Gereja dan Masyarakat. Yogyakarta : Kanisius
Bavinck, J.H
1990 Sejarah Kerajaan Allah. Jakarta : BPK Gunung Mulia


Bobgan, Deidre dan Martin
1996 Bimbingan Berdasarkan Firman Allah. Bandung : Kalam Hidup

Bolan, B.J
2000 Tafsiran Alkitab Injil Lukas. Jakarta : BPK Gunung Mulia


Clinebell, Howard
2001 Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral. Jakarta : BPK Gunung Mulia

Crabb, Larry
1995 Konseling yang efektif dan Alkitabiah. Yogyakarta : ANDI

Crabb, Larry
1999 Prinsip Dasar Konseling Alkitabiah. Jakarta : Yayasan pekabaran Injil Immanuel.

Collin,Gary
1989 Konseling Kristen Yang Efektif. Malang : SAAT
Chamsyah, Bactiar
2006 Teologi Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta : RM Books, Graha Pena

Drane, John
2005 Memahami Perjanjian Baru. Jakarta : BPK Gunung Mulia

Graham, Billy
2002 Menghadapi Kematian dan Kehidupan Sesudahnya. Bandung : Lembaga Literatur Babtis

Groenen. C
1984 Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru : Yogyakarta : Kanisius

Goleman, Daniel
1997 Emotional Intelligence. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Gunarsa, Singgih
2000 Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : BPK Gunung Mulia

1988 Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta : BPK Gunung Mulia

Gutrie, Donal
1996 Teologi Perjanjian Baru 2. Jakarta : BPK Gunung Mulia

Hardjana, Agus
1994 Stres Tanpa Distres. Yogyakarta : Kanisius

Harold K. Mouton
1978 Analitycal Greek Lexicon Revised. Michigan : Grand Ravids, Zondervan Punlishing house.

Heath, W. Stanley
2005 Psikologi Sebenarnya. Yogyakarta : Andi

Irawan, Bagus
2007 Kesulitan-Kesulitan Ekonomi Keluarga. Yogyakarta : Kanisius

Irwan, Alexander
2003 Jejak-Jejak Krisis di Asia Politik, Ekonomi, Indutrialisasi. Yogyakarta : Kanisius
Kieser
1984 Ikut Menderita Ikut Percaya. Yogyakarta : Kanisius
laHaye, Tim
2005 Bagaimana Mengatasi Depresi. Batam : Gospel Press


Maramis, W.F
1980 Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press

Martin dan Deidre Bobgan
1985 Bimbingan Pastoral Berdasarkan Firman Allah. Bandung : Kalam Hidup

Mark dan Patti Virkler
1994 Konseling Dengan Tuhan. Jakarta : Metanoia

Meyer, Joice
2005 Mengelola Emosi Anda. Batam : Gospel Press

Narramore, Clyde M
1993 Mengatasi Rasa Depresi. Bandung : Kalam Hidup

Nasir, Moh
1999 Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nawawi, Hadari
1998 Metode Penelitian Bidang Sosial. Yokyakarta : Gajah Mada Universitas Press

Samsoko
2003 Metode Penelitian. Bandung : Kharisma

Sehnert, Keith W
1981 Mengendalikan Stress Dalam Rumah Tangga dan Pekerjaan. Bandung : Kalam Hidup

Setio, Robert
2002 Teologi Ekonomi. Jakarta : BPK Gunung Mulia

Singh, Kavaljit
1998 Memahami Globalisasi Keuangan. Jakarta : YAKOMA-PGI

Sukirno, Sadono
1976 Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Wiseman, D. J
1973 Exodus an Introduction and Commentary. Leicester England : Inter Varsity Press

Wright, Norman
1999 Konseling Krisis, Membantu OrangDdalam Krisis dan Stress. Malang : Gandum Mas

Van Beek, Aart
1987 Konseling Pastoral. Semarang : Satya Wacana

____
2003 Pendampingan Pastoral. Jakarta : BPK Gunung Mulia

Verkuyl. J
1989 Etika Kristen, Kapita Selekta. Jakarta : BPK Gunung Mulia



B. Kamus

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan
2003 Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka


C. Jurnal


Asnan, Riyono
2007 Bunuh Diri, Agama dan Tanggung Jawab Negara, dlm. Jurnal Mengapa Bunuh Diri. Vol.1. No. 1

Fadilah, Putra
2007 Perilaku Bunuh Diri Akibat Lemahnya Pembangunan Berbasis Komunitas, dlm. Jurnal Mengapa Bunuh Diri. Vol. 1. No. 1

Kurvees, J. James
1998 On Living Wills. Dlm. Jurnal of Biblical Ethics in Medicine. Vol. 2

Rais, Muhammah
2007 Bunuh Diri Tren Baru di Kalangan Remaja, dlm. Jurnal Mengapa Bunuh Diri. Vol 1. No. 1



D. Majalah dan Koran


Antara News
2007 Kecemasan Rumah Tangga Indonesia. Senin 13 November

Kompas
2006 Ibu Coba Bunuh Diri, Dua Putrinya Tewas. Selasa 14 Agustus

2008 Krisis Harga Pedaganag Gorengan Memilih Bunuh Diri. Jumat 22 Pebruari
2007 Bunuh Diri, Metamorfosis Kemiskinan. Jumat 18 Mei
2007 Mereka dan Penyebab Bunuh Diri. Senin 3 September

Majalah Trus
2007 Peta Bisnis Jakarta di Tangan Gubernur Baru. Edisi 9 - 5 Juli

Pikiran Rakyat
2007 Jumlah Angka Bunuh Diri Meningkat. Selasa 11 Desember


Suara Merdeka
2006 Mengatasi Toksik Bunuh Diri. Kamis 23 November

Suara Pembaharuan
2007 Cerminan Masyarakat Bingung. Senin 17 September
2007 Bunuh Diri dan Ekonomi Keluarga. Jumat 28 September

Majalah Tempo
2007 10 Tahun Krisis Ekonomi. Edisi Khusus 23 - 29 Juli
2007 Biang Bunuh Diri, Harta Miskin Iman Miskin. Edisi 10-16 September

Tempo
2007 76 Kasus Bunuh Diri Karena Miskin. Selasa 30 Oktober



E. Website

Dennyhe
2006 Dampak Krisis Ekonomi. Dokumen Elektronik,
(http:// dennyhe ndrata.wordpress.com). Diakses Sabtu 11 November 2007

Mariadi
2007 Tingginya Angka Bunuh Diri. Dokumen Elektronik,
http:// www.kompas.com). Diakses Minggu 12 Noverber 2007

Sarman
2007 Gejala Utama Depresi. Dokumen Elektronik,
(http://www. Republika.co.id). Diakses Minggu 12 November 2007

Ragiman
2007 Krisis Ekonomi Penyebab Bunuh diri. Dokumen Elektronik,
http:// kabarindonesia.com. Diakses Selasa 14 November 2007

Ester
2007 Ibu Rumah Tangga dan Ekonomi. Dokumen Elektronik,
http:// ester-journey.blogspot.com). Diakses Jumat 7 Desember 2007

Muliadi
2007 Terhimpit Ekonomi, Ibu dan Anak Coba Bunuh Diri. Dokumen Elektronik, http://www.suarapembaruan.com. Di akses Sabtu, 5 Januari 2008

Setiawan
2007 Memulihkan Depresi, Mencegah Bunuh Diri. Dokumen Elektronik, http://www.keluargasehat.com. Di akses Selasa 8 Januari 2008

Darmanto, Sudira
2006 Atasi Depresi, Cegah Bunuh Diri. Dokumen Elektronik,
www.republika.co.id/koran. Diakses Rabu 16 Januari 2008

Soelastri
2007 Yang Miskin Yang Bunuh Diri. Dokumen Elektronik,
Antara News,www.antara.co.id. Diakses Senin 25 Pebruari 2008



Masriadi
2007 Bunuh Diri Butuh Biaya. Dokumen Elektronik,
http://www.surya.co.id. Di akses Kamis 14 Pebruari 2008




Kurniawan
2006 Ibu Coba Bunuh Diri, Dua Putrinya Tewas. Dokumen Elektronik,
http://www.ibintan.com. Diakses Selasa 6 Maret 2008


Sudirmanto
2006 Bunuh Diri : Hopless atau Helpless? Dokumen Elektronik,
http://www.Urang Sunda.or.id. Diakses Selasa 11 Maret 2008


Santoso, Mukin
2006 Dilarang Bunuh Diri. Dokumen Elektronik,
http://.Riaupos. Diakses Kamis 26 Februari 2008


E. Modul Perkuliahan

Gultom, Ridwan
2007 Konseling Kasus khusus.